BAB
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses perkembangan manusia dimulai dengan
perkembangan prakelahiran, perkembangan fase bayi, perkembangan fase awal
kanak-kanak, perkembangan fase akhir kanak-kanak, perkembangan fase remaja,
perkembangan tahap dewasa, dan perkembangan lanjut usia. Pembahasan di sini
difokuskan pada perkembangan anak dari usia 3,5 tahun.
Perkembangan jasmanai maupun
rohani sudah dimulai sejak masih dalam kandungan yang biasanya Sembilan
bulan lamanya. Pada waktu lahir kemampuan otak telah terbentuk 50% dan
kemampuan itu akan terus meningkat sampai dengan umur 5 tahun. Pertumbuhan otak
sangat bergantung pada kondisi kesehatan anak, dan hal itu sangat dipengaruhi
oleh asupan gizi yang terkandung dalam makanan pada sang anak.
Untuk perkembangan rohani tidak
dapat diselidiki terlepas dari perkembangan jasmani. Sesungguhpun ada perbedaan
antara keduanya, dan perbedaan itu tidak selalu perlu apalagi pada seorang
bayi. pada masa usia ini seorang bayi hanya dapat memberikan isyarat dengan
menggerakan tangannya, menangis, tertawa dalam menginginkan sesuatu dan hal itu
akan terus berkembang hingga ia dapat berbicara berjalan dan berlari.
B. CATATAN OBSERVASI
IDENTITAS ANAK
a. Nama : Aisyah Shakila Putri
b. Umur : 3,5 Tahun (25 Mei 2009)
c. Jenis Kelamin :
Perempuan
1. PENGAMATAN PERTAMA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal : Minggu/ 4 November
2012
b. Lokasi : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian :19.00 s.d 09.00 WIB
DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Dapat mengucapkan Salam
b. Perkembangan Afektif
- Merespon ketika diajak
berkomunikasi
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat menendang bola
TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Aisyah sudah dapat mengucapkan salam
kepada orang lain, misalnya saat ditelpon atau masuk rumah dan dia juga dengan
mudah merespon lawan bicaranya. Rizki adalah salah satu teman sepermainan
dilingkungan rumahnya, mereka sering bermain bola. Dan Aisyah dapat dapat
melakukan itu dengan mudahnya.
2. PENGAMATAN KEDUA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal : Minggu/ 11 November
2012
b. Lokasi : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian :10.00 s.d 21.00 WIB
DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Dapat menjawab salam dan mulai
aktif dalam bicara.
b. Perkembangan Afektif
- Lebih merespon apa yang
disampaikan orang lain.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Menangis untuk meluapkan
keinginannya.
TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Dia mulai aktif dalam berkomunikasi
terhadap lawannya, dan sudah bisa menjawab salam (wa’alaikum salam) walaupun
tidak begitu jelas. Selain itu juga, dia mudah menanggapi pembicaraan ibu dan
ayahnya misalnya disaat ibunya meminta dia untuk mengambilkan sesuatu. Anak
seperti Aisyah dapat meluapkan keinginannya melewati menangis, misalnya disaat
dia meminta sesuatu (susu atau mainan) jika tidak sesuai dengan keinginannya.
3. PENGAMATAN KETIGA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal : Rabu/ 14 November 2012
b. Lokasi : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian :16.00 s.d 22.00 WIB
DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- lebih aktif berkomunikasi
b. Perkembangan Afektif
- Mengemukakan apa pendapatnya
misalnya akan kata “tak mau” ketika dia tidak menyukai sesuatu.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Marah ketika tidak menyukai
sesuatu.
TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Hari demi hari, Aisyah dapat
berkomunikasi lebih aktif dari sebelumnya. Dan dia dapat mengemukakan kata-kata
“tak mau” ketika dia tidak menyukai sesuatu. Selain menangis, rasa kesal dan
marah muncul didirinya terhadap orang yang ia maksud.
4. PENGAMATAN KEEMPAT
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal : Kamis/ 15 November
2012
b. Lokasi : Rumah (Nangka)
c. Waktu Kejadian :14.00 s.d 15.00 WIB
DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Bertambahnya kosa-kata
b. Perkembangan Afektif
- Menunjukkan kemampuan berbicara
yang baik, seperti mulai diajak bercerita.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Mulai bernyanyi sambil
menggerakkan Anggota badannya.
TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Semakin hari semakin bertambah
kosa-kata, karena hampir setiap hari Aisyah menonton ataupun mendengar cerita.
Dia dapat menceritakan apa yang sudah kita ceritakan pada dirinya. Selain itu
dia juga dapat berperan sebagai seorang guru layaknya. Pernah terjadi saat
pertanyaan dari saya sendiri terlontarkan kepada dia “Adek mau jadi apa?” dan
dia dengan lantang menjawabnya “jadi guru”. Dan saya disaat jawaban itu membuat
saya penasaran, apakah dia tau bagai mana guru yang sesungguhnya atau hanya
sekedar bicara saja. Ternyata Aisyah mampu melakukan apa yang saya tanyakan,
waktu yang bertepatan, dia berperan layaknya seorang guru dihadapan saya, orang
tua, nenek dan kakeknya.
Dan disaat bernyanyi lagu “topi saya
bundar” dia sudah dapat menggerakkan anggota tubuhnya, misalnya tanggan, kaki
dan kepalanya.
5. PENGAMATAN KELIMA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal : Minggu/ 18 November
2012
b. Lokasi : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian :09.00 s.d 15.00 WIB
DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Menyukai buku cerita
b. Perkembangan Afektif
- Dapat mengajak lawan bicara untuk
mendengar cerita dari dirinya.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat berpose layaknya orang yang
usianya diatas 3 tahunan
TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Selain suka bernyanyi sambil
menggerakkan anggota tubuhnya, dia suka dengan buku cerita, dan itu dapat ia
ceritakan kembali jika dia mendengan cerita tersebut dengan baik. Bagi orang
yang mendengar ceritanya, saya rasa kita dapat mengerti apa yang ia ceritakan
tersebut. Jika disuruh bergaya-gaya didepan kamera, Aisyah adalah anak yang
senang berpose.
6. PENGAMATAN KEENAM
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal : Minggu/ 25 November
2012
b. Lokasi : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian :08.00 s.d 10.00 WIB
DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Sudah dapat mengenal warna
b. Perkembangan Afektif
- Dapat mematuhi peraturan sederhana
dalam permainan.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat meniru gerakan lingkaran.
TEMUAN HASIL PENGAMATAN
6 warna (merah, kuning, hijau, biru,
putih dan hitam) sudah dapat ia kenal. Disaat bermain peran, dia sudah bisa
mematuhi aturan-aturan permainan. Kalau disuruh menunggupun dia akan mengantri
dengan sabarnya. Selain dapat bermain peran, dia juga senang bermain lingkaran
bersama teman sebayanya, salah satunya Rizki teman sepermainannya. Aisyah
dengan mudah meniru gerakkan lingkaran, disaat permainan berlangsung.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada
usia 3,5 tahun merupakan masa perkelanjutan dari perkembangan bayi yang telah
melewati masa kritis dimana seorang anak sudah mulai siap untuk menghadapi
dunia, sudah mulai mengenal dan memahami sesuatu yang berada di sekitarnya.
Pada awal kelahirannya bayi masih memiliki penglihatan yang buruk, mereka dapat
melihat namun masih kabur. Dan kemampuan penglihatan ini akan terus berkembang
sesuai dengan pengalamannya. Sedangkan pendengaran anak telah berkembang sejak
sebelum lahir. Dan seorang bayi akan bereaksi ketika mendengarkan suara yang
keras atau tiba-tiba, dan bayi juga dapat mendeteksi dengan cukup baik
arah sumber suara. Dan pada usia 18 bulan bayi memiliki kemampuan yang sama
baik dengan orang dewasa.
Perkembangan
Kognitif Anak Usia 3,5 Tahun
Menurut Piaget, proses
perkembangan kognisi merupakan rangkaian yang terdiri dari beberapa tahap.
Tahap sendiri adalah
waktu dimana pikiran dan perilaku anak dalam beberapa situasi merupakan fleksi
atau pantulan dari tipe struktur mental tertentu yang mendasarinya.
Salah satu perubahan kognitif
penting terjadi antara anak-anak usia tiga ke empat tahun adalah perkembangan
pikiran simbolik. Pikiran simbolik ialah kemampuan menghadirkan secara mental
atau simbolis objek konkret, tindakan, dan peristiwa. Anak-anak usia tiga tahun
dan empat tahun dianggap pemikir pra-operasional, yang merupakan fase
perkembangan intelektual dengan benda-benda atau hal-hal riil, nyata, konkret,
tidak abstrak. Dengan operasi
praoperasional ini kanak-kanak mulai mampu mengadakan klasifikasi atau
penggolongan benda-benda atau objek-objek secara kasar, garis besar.[1]
Perkembangan Sosial
Anak Usia 3,5 Tahun
Waktu anak-anak tiga
sampai lima tahun bertumbuh, mereka semakin menjadi makhluk sosial. Anak-anak
usia tiga tahun memperlihatkan minat yang semakin besar terhadap anak-anak lain
dan orang-orang dewasa, tetapi sering lebih senang berada bersama orang-orang
dewasa atau bermain sendiri di dekat
anak-anak lain. Anak-anak usia empat dan lima tahun sedang menjadi
makhluk sosial dan sering lebih suka ditemani anak-anak lain daripada ditemani
orang dewasa. Anak-anak mulai mengungkapkan kesukaan mereka untuk bermain
dengan beberapa anak lebih daripada anak-anak lain. Bermain adalah aspek penting dari perkembangan sosial bagi
anak-anak usia empat dan lima tahun. [2]
Anak-anak
usia tiga tahun masih mengembangkan minat terhadap anak-anak lain, tetapi masih
menyukai permainan pararel. Permainan pararel adalah melakukan permainan dekat atau di
sisi anak-anak lain. Anak-anak usia
tiga tahun menjadi semakin peka terhadap pengaruh mereka atas perasaan dan
emosi orang lain. Bila mereka melihat orang lain menangis, sering mereka mulai
menangis. Mereka juga menangis akibat dari sesuatu yang telah mereka lakukan.
Anak-anak usia tiga tahun juga belajar bagaimana mengatur diri dalam berbagai
situasi sosial. Mereka akan sering menghabiskan waktu untuk dengan seksama
mengawasi anak-anak lain seolah-olah mereka sedang mencoba memahami bagaimana
interaksi sosial bekerja dan apakah interaksi itu sesuai dengan situasi.[3]
Hubungan sosial bisa mempengaruhi perkembangan kognitif
dan emosi anak-anak. Anak-anak yang ditolak secara sosial akan menjadi anak
yang tidak bahagia di sekolah. Menolong anak-anak supaya rukun satu sama lain
akan memajukan sikap positif di ruang kelas dan menanamkan cinta belajar dalam
diri anak-anak.
Perkembangan Motorik
Anak
Motorik
merupakan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerak tubuh. Dalam
perkembangan motoris, unsur-unsur yang menentukan adalah otot, saraf, dan otak.
Ketiga unsur itu melaksanakan peranannya masing-masing secara interaksi
positif, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang,
saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi yang motoris
yang lebih sempurna keadaannya.[4]
Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesmpurnaan otak
juga menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan
tampak kurang terampil menggerakkan tubuhnya. Dan dalam motorik anak, seorang
anak banyak melakukan gerakan yang kurang jelas tujuannya. Setelah mereka terus
melatih motoriknya, di kemudian hari anak akan lebih trampil menguasai
otot-ototnya. Semakin bertambah pengalamannya, semakin kurang ia melakukan
sesuatu yang tidak jelas.[5]
Awal
masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk mempelajari keterampilan
tertentu. Menyangkut keterampilan tangan dan kaki. Keterampilan dalam aktivitas
makan dan berpakaian sendiri biasanya dimulai pada masa bayi dan disempurnakan
pada masa kanak-kanak awal. Sebagian besar anak sudah pandai melempar dan
menangkap bola. Mereka dapat menggunakan gunting, dapat membentuk tanah liat,
bermain membuat kue-kue dan menjahit, mewarnai dan menggambar dengan pensil
atau krayon. Mereka juga sudah dapat menggambar orang.
Keterampilan kaki anak belajar melompat dan berlari
cepat, dan mereka sudah dapat memanjat. Antara usia 3-4 tahun anak dapat
mempelajari sepeda roda tiga dan berenang. Lompat tali, keseimbangan tubuh
dalam berjalan di atas dinding atau pagar, sepatu roda, bermain sepatu es,
menari.[6]
BAB III
PEMBAHASAN OBSERVASI
Berikut ini adalah hasil observasi
yang dilakukan oleh penulis terhadap sabyek observasi:
Aisyah Shakila Putri adalah anak dari pasangan Pipi Sumanti
dan Samsir yang lahir pada tanggal 25 Mei 2009. Ia tumbuh di lingkungan
perumahan SDN 2 Sungailiat. Ayahnya dan ibunya seorang pegawai kantoran. Setiap
harinya ibunya berangkat ke kantor mulai jam 7 pagi sampai jam 4 petang. Dan sesampai
dirumah, kebiasaan ibunya menyiapkan makanan dan bersih-bersih rumah. Sedangkan
dimalam hariya ibu Pipi mengajar privat dirumahnya. Sedangkan ayahnya berangkat
jam 7 pulangnya jam 5 petang. Aisyah di urus oleh seorang pembantu, dan ibunya
hanya menemani ketika sore sampai pagi. Akan tetapi rasa sayang dan perhatian
dari ibu Pipi terhadap putrinya tidak berkurang sedikitpun walau disebukkan
dengan bekerja pada siang hari.
Caca sapaannya, sudah dapat berjalan. Dia sudah mulai
bermain keluar rumah ke perkarangan sendirian. Dan apabila bermain masih
bersifat merusak atau melempar barang yang tidak disukainya, misalnya kertas
yang disobek-sobek. Dia mencoba bereksplorai tentang barang-barang yang dia
temui dan ingin menemukan apakah kegunaan dari barang tersebut atau digunakan
sesuai imajinasinya.
Dalam berinteraksi dia sudah agak lancar dalam berbicara
walaupun kejelasan vocalnya masih ada yang belum terbaca secara jelas. Adapun
perbendaharaan kata sudah mulai meningkat dan sering dia mengulangi kata-kata
yang kita lontarkan atau yang dia dengar. Dan dia juga sering menanyakan apa
ini namanya? Apa itu? siapakah dia? untuk apa? dan sebagainya.
Ia mempunya kencenderungan yang agak unik. Caca lebih suka
dengan orang yang ia kenal tapi jarang berjumpa. Misalnya, disaat dia mengenal
nenek, kakek, acu (adek bungsu ibunya) dan apabila menginginkan apapun harus
dari atau sama mereka jika disaat itu ada mereka. Misalnya minta dibuatin susu,
yang buat harus nenek ataupun kakek dan acunya. Kecuali apabila mereka sedang
tidak ada maka ia baru mau mendapat atau minta dari ibunya dan apabila ibunya
juga tidak ada baru mau pada pembantunya.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa diatas penulis menyimpulkan bahwa Aisyah sudah berada pada tahap perkembangan yang normal, dimana Aisyah sudah berbicara sesuai dengan apa yang ingin ia lakukan, jadi dia sudah bisa berpikir untuk melakukan sesuatu atau berbicara sesuatu.
Dia juga sudah
mampu untuk menguasai bahasa dengan aturan tata bahasa yang baik dan sempurnya.
Selain itu juga Aisyah mampu mengungkapkan kata-kata “tak mau” jika dia tidak
menginginkan sesuatu hal.
Ini Membuktikan
bahwa perkembangan bahasa yaitu dalam hal ini pemerolehan bahasa pada Aisyah
sudah termasuk normal sesuai dengan tahapan perkembangan berbicaranya.
Anak ini juga makin sering bertanya sebagai ungkapan rasa
keingintahuannya, seperti "kenapa?", "sedang apa?",
"mau ke mana?" dan lain-lain.
Pada usia ini, Aisyah
sudah mulai bisa mengerti penjelasan sederhana. Dapat dilihat respon dan
reaksinya disaat ibu atau orang terdekatnya berkomunikasi kepadanya; jika ia
melakukan apa yang kita inginkan, dari itu dapat diartikan dia cukup mengerti
kalimat orang lain. Aisyah sangat menyukai permainan peran karena hal itu
permainan mengasikkan buat dia sebagai salah satu cara mengekspresikan
perasaan, dan keingintahuan.
SARAN
Untuk Orang Tua dan Guru:
·
Sebaiknya orang tua memperhatikan karakteristik
anaknya seperti apa dan dilakukan pendekatan secara lebih. Karena anak
membutuhkan tempat atau sandaran untuk merasakan kenyamanan, keamanan, dan
kedamaian.
·
Berilah anak diruang untuk bergerak dan kebebasan
untuk bermain, berfantasi, bereksplorasi, karena hal ini dapat melatih daya
motorik dan kreasi anak dan hindarkan dari benda-benda atau tempat yang
berbahaya.
·
Ajaklah mereka berkomunikasi dan berbicara serta
meluruskan apabila mereka terjadi kesalahan dalam pelafalan kata.
·
Jadikanlah saat-saat bersama anak Anda
sebagai masa yang menyenangkan, ceria, santai dan segar.
·
Memberikan stimulus kepada anak untuk meningkatkan
kemampuan berbahasanya.
·
Pakailah cerita-cerita dongeng dan fabel
yang sebenarnya mencerminkan dunia anak kita dan memakainya sebagai suatu cara
untuk mengajarkan banyak hal tanpa menyinggung perasaannya.
Untuk
Anak (Aisyah Shakila Putri) :
Untuk Caca yang sudah bisa
mengucapkan kata dengan bunyi yang sesuai dan satu kalimat panjang dengan
lancar, penulis memberikan saran agar diberikan stimulus yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan berbahasanya, diantaranya yaitu dengan melakukan
permainan berbicara.
Permainan berbicara atau permainan deskriptif adalah permainan yang menuntut anak anak untuk menguraikan benda dengan mendorong anak untuk mencari kata kata dan membantu mereka berbicara dan berfikir dengan lebih jelas.
Beberapa contoh kegiatan permainan berbicara adalah :
1.Kotak Raba
Cara bermainnya adalah masukan benda benda yang dianak telah mengetahui nama bendanya kedalam kotak tertutup yang diatasnya terdapat lubang untuk memasukan tangan. Benda benda itu bisa berupa pensil, buku, penggaris, dll. Lalu minta anak untuk memasukan tangannya dan mengambil satu benda, kemudian anak mencoba menguraikan bentuk benda yang di pegang sebelum menebak nama bendanya.
2. Menceritakan gambar
Bacakan cerita bergambar pada Aisyah yang tidak ada tulisannya, seperti Gambar seri, orangtua atau guru bisa mencontohkan cara bercerita dengan gambar sesuai dengan isi gambarnya. Minta Aisyah untuk mengulanginya lagi yaitu bercerita sesuai dengan isi gambar menurut bahasanya.
Permainan berbicara atau permainan deskriptif adalah permainan yang menuntut anak anak untuk menguraikan benda dengan mendorong anak untuk mencari kata kata dan membantu mereka berbicara dan berfikir dengan lebih jelas.
Beberapa contoh kegiatan permainan berbicara adalah :
1.Kotak Raba
Cara bermainnya adalah masukan benda benda yang dianak telah mengetahui nama bendanya kedalam kotak tertutup yang diatasnya terdapat lubang untuk memasukan tangan. Benda benda itu bisa berupa pensil, buku, penggaris, dll. Lalu minta anak untuk memasukan tangannya dan mengambil satu benda, kemudian anak mencoba menguraikan bentuk benda yang di pegang sebelum menebak nama bendanya.
2. Menceritakan gambar
Bacakan cerita bergambar pada Aisyah yang tidak ada tulisannya, seperti Gambar seri, orangtua atau guru bisa mencontohkan cara bercerita dengan gambar sesuai dengan isi gambarnya. Minta Aisyah untuk mengulanginya lagi yaitu bercerita sesuai dengan isi gambar menurut bahasanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Aliah
B. Purwakania Hasan. 2006. Psikologi
Perkembangan Islami. Jakarta: Persada Press
Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan.
Bandung: Refika Aditama.
Fudyartanta, Ki. 2012. Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Hidayati,
Wiji dan Sri Purnami. 2008. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Teras.
Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta:
Indeks.
Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.