Minggu, 16 Desember 2012

OBSERVASI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

BAB 1
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Proses perkembangan manusia dimulai dengan perkembangan prakelahiran, perkembangan fase bayi, perkembangan fase awal kanak-kanak, perkembangan fase akhir kanak-kanak, perkembangan fase remaja, perkembangan tahap dewasa, dan perkembangan lanjut usia. Pembahasan di sini difokuskan pada perkembangan anak dari usia 3,5 tahun.
Perkembangan jasmanai maupun rohani sudah dimulai sejak masih dalam kandungan  yang biasanya Sembilan bulan lamanya. Pada waktu lahir kemampuan otak telah terbentuk 50% dan kemampuan itu akan terus meningkat sampai dengan umur 5 tahun. Pertumbuhan otak sangat bergantung pada kondisi kesehatan anak, dan hal itu sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang terkandung dalam makanan pada sang anak.
Untuk perkembangan rohani tidak dapat diselidiki terlepas dari perkembangan jasmani. Sesungguhpun ada perbedaan antara keduanya, dan perbedaan itu tidak selalu perlu apalagi pada seorang bayi. pada masa usia ini seorang bayi hanya dapat memberikan isyarat dengan menggerakan tangannya, menangis, tertawa dalam menginginkan sesuatu dan hal itu akan terus berkembang hingga ia dapat berbicara berjalan dan berlari.

B. CATATAN OBSERVASI
IDENTITAS ANAK
a. Nama                                   : Aisyah Shakila Putri
b. Umur                                   : 3,5 Tahun (25 Mei 2009)
c. Jenis Kelamin                      : Perempuan

1. PENGAMATAN PERTAMA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Minggu/ 4 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :19.00 s.d 09.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Dapat mengucapkan Salam
b. Perkembangan Afektif
- Merespon ketika diajak berkomunikasi
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat menendang bola

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Aisyah sudah dapat mengucapkan salam kepada orang lain, misalnya saat ditelpon atau masuk rumah dan dia juga dengan mudah merespon lawan bicaranya. Rizki adalah salah satu teman sepermainan dilingkungan rumahnya, mereka sering bermain bola. Dan Aisyah dapat dapat melakukan itu dengan mudahnya.

2. PENGAMATAN KEDUA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Minggu/ 11 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :10.00 s.d 21.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Dapat menjawab salam dan mulai aktif dalam bicara.
b. Perkembangan Afektif
- Lebih merespon apa yang disampaikan orang lain.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Menangis untuk meluapkan keinginannya.

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Dia mulai aktif dalam berkomunikasi terhadap lawannya, dan sudah bisa menjawab salam (wa’alaikum salam) walaupun tidak begitu jelas. Selain itu juga, dia mudah menanggapi pembicaraan ibu dan ayahnya misalnya disaat ibunya meminta dia untuk mengambilkan sesuatu. Anak seperti Aisyah dapat meluapkan keinginannya melewati menangis, misalnya disaat dia meminta sesuatu (susu atau mainan) jika tidak sesuai dengan keinginannya.



3. PENGAMATAN KETIGA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Rabu/ 14 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :16.00 s.d 22.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- lebih aktif berkomunikasi
b. Perkembangan Afektif
- Mengemukakan apa pendapatnya misalnya akan kata “tak mau” ketika dia tidak menyukai sesuatu.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Marah ketika tidak menyukai sesuatu.

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Hari demi hari, Aisyah dapat berkomunikasi lebih aktif dari sebelumnya. Dan dia dapat mengemukakan kata-kata “tak mau” ketika dia tidak menyukai sesuatu. Selain menangis, rasa kesal dan marah muncul didirinya terhadap orang yang ia maksud.


4. PENGAMATAN KEEMPAT
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Kamis/ 15 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Nangka)
c. Waktu Kejadian                  :14.00 s.d 15.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Bertambahnya kosa-kata
b. Perkembangan Afektif
- Menunjukkan kemampuan berbicara yang baik, seperti mulai diajak bercerita.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Mulai bernyanyi sambil menggerakkan Anggota badannya.

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Semakin hari semakin bertambah kosa-kata, karena hampir setiap hari Aisyah menonton ataupun mendengar cerita. Dia dapat menceritakan apa yang sudah kita ceritakan pada dirinya. Selain itu dia juga dapat berperan sebagai seorang guru layaknya. Pernah terjadi saat pertanyaan dari saya sendiri terlontarkan kepada dia “Adek mau jadi apa?” dan dia dengan lantang menjawabnya “jadi guru”. Dan saya disaat jawaban itu membuat saya penasaran, apakah dia tau bagai mana guru yang sesungguhnya atau hanya sekedar bicara saja. Ternyata Aisyah mampu melakukan apa yang saya tanyakan, waktu yang bertepatan, dia berperan layaknya seorang guru dihadapan saya, orang tua, nenek dan kakeknya.
Dan disaat bernyanyi lagu “topi saya bundar” dia sudah dapat menggerakkan anggota tubuhnya, misalnya tanggan, kaki dan kepalanya.
  
5. PENGAMATAN KELIMA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Minggu/ 18 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :09.00 s.d 15.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Menyukai buku cerita
b. Perkembangan Afektif
- Dapat mengajak lawan bicara untuk mendengar cerita dari dirinya.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat berpose layaknya orang yang usianya diatas 3 tahunan

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Selain suka bernyanyi sambil menggerakkan anggota tubuhnya, dia suka dengan buku cerita, dan itu dapat ia ceritakan kembali jika dia mendengan cerita tersebut dengan baik. Bagi orang yang mendengar ceritanya, saya rasa kita dapat mengerti apa yang ia ceritakan tersebut. Jika disuruh bergaya-gaya didepan kamera, Aisyah adalah anak yang senang berpose.


6. PENGAMATAN KEENAM
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Minggu/ 25 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :08.00 s.d 10.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Sudah dapat mengenal warna
b. Perkembangan Afektif
- Dapat mematuhi peraturan sederhana dalam permainan.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat meniru gerakan lingkaran.

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
6 warna (merah, kuning, hijau, biru, putih dan hitam) sudah dapat ia kenal. Disaat bermain peran, dia sudah bisa mematuhi aturan-aturan permainan. Kalau disuruh menunggupun dia akan mengantri dengan sabarnya. Selain dapat bermain peran, dia juga senang bermain lingkaran bersama teman sebayanya, salah satunya Rizki teman sepermainannya. Aisyah dengan mudah meniru gerakkan lingkaran, disaat permainan berlangsung.



BAB II
LANDASAN TEORI

Pada usia 3,5 tahun merupakan masa perkelanjutan dari perkembangan bayi yang telah melewati masa kritis dimana seorang anak sudah mulai siap untuk menghadapi dunia, sudah mulai mengenal dan memahami sesuatu yang berada di sekitarnya. Pada awal kelahirannya bayi masih memiliki penglihatan yang buruk, mereka dapat melihat namun masih kabur. Dan kemampuan penglihatan ini akan terus berkembang sesuai dengan pengalamannya. Sedangkan pendengaran anak telah berkembang sejak sebelum lahir. Dan seorang bayi akan bereaksi ketika mendengarkan suara yang keras atau tiba-tiba, dan bayi juga dapat mendeteksi dengan cukup baik  arah sumber suara. Dan pada usia 18 bulan bayi memiliki kemampuan yang sama baik dengan orang dewasa.
           
Perkembangan Kognitif Anak Usia 3,5 Tahun
Menurut Piaget, proses perkembangan kognisi merupakan rangkaian yang terdiri dari beberapa tahap. Tahap sendiri adalah waktu dimana pikiran dan perilaku anak dalam beberapa situasi merupakan fleksi atau pantulan dari tipe struktur mental tertentu yang mendasarinya.
Salah  satu perubahan kognitif penting terjadi antara anak-anak usia tiga ke empat tahun adalah perkembangan pikiran simbolik. Pikiran simbolik ialah kemampuan menghadirkan secara mental atau simbolis objek konkret, tindakan, dan peristiwa. Anak-anak usia tiga tahun dan empat tahun dianggap pemikir pra-operasional, yang merupakan fase perkembangan intelektual dengan benda-benda atau hal-hal riil, nyata, konkret, tidak abstrak.  Dengan operasi praoperasional ini kanak-kanak mulai mampu mengadakan klasifikasi atau penggolongan benda-benda atau objek-objek secara kasar, garis besar.[1]
Perkembangan Sosial Anak Usia 3,5 Tahun
Waktu anak-anak tiga sampai lima tahun bertumbuh, mereka semakin menjadi makhluk sosial. Anak-anak usia tiga tahun memperlihatkan minat yang semakin besar terhadap anak-anak lain dan orang-orang dewasa, tetapi sering lebih senang berada bersama orang-orang dewasa atau bermain sendiri di dekat   anak-anak lain. Anak-anak usia empat dan lima tahun sedang menjadi makhluk sosial dan sering lebih suka ditemani anak-anak lain daripada ditemani orang dewasa. Anak-anak mulai mengungkapkan kesukaan mereka untuk bermain dengan beberapa anak lebih daripada anak-anak lain. Bermain adalah  aspek penting dari perkembangan sosial bagi anak-anak usia empat dan lima tahun. [2]
Anak-anak usia tiga tahun masih mengembangkan minat terhadap anak-anak lain, tetapi masih menyukai permainan pararel. Permainan pararel adalah melakukan permainan dekat atau di sisi anak-anak lain. Anak-anak usia tiga tahun menjadi semakin peka terhadap pengaruh mereka atas perasaan dan emosi orang lain. Bila mereka melihat orang lain menangis, sering mereka mulai menangis. Mereka juga menangis akibat dari sesuatu yang telah mereka lakukan. Anak-anak usia tiga tahun juga belajar bagaimana mengatur diri dalam berbagai situasi sosial. Mereka akan sering menghabiskan waktu untuk dengan seksama mengawasi anak-anak lain seolah-olah mereka sedang mencoba memahami bagaimana interaksi sosial bekerja dan apakah interaksi itu sesuai dengan situasi.[3]
Hubungan sosial bisa mempengaruhi perkembangan kognitif dan emosi anak-anak. Anak-anak yang ditolak secara sosial akan menjadi anak yang tidak bahagia di sekolah. Menolong anak-anak supaya rukun satu sama lain akan memajukan sikap positif di ruang kelas dan menanamkan cinta belajar dalam diri anak-anak.   
Perkembangan Motorik Anak
Motorik merupakan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerak tubuh. Dalam perkembangan motoris, unsur-unsur yang menentukan adalah otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan peranannya masing-masing secara interaksi positif, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi yang motoris yang lebih sempurna keadaannya.[4]
Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesmpurnaan otak juga menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerakkan tubuhnya. Dan dalam motorik anak, seorang anak banyak melakukan gerakan yang kurang jelas tujuannya. Setelah mereka terus melatih motoriknya, di kemudian hari anak akan lebih trampil menguasai otot-ototnya. Semakin bertambah pengalamannya, semakin kurang ia melakukan sesuatu yang tidak jelas.[5]
Awal masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk mempelajari keterampilan tertentu. Menyangkut keterampilan tangan dan kaki. Keterampilan dalam aktivitas makan dan berpakaian sendiri biasanya dimulai pada masa bayi dan disempurnakan pada masa kanak-kanak awal. Sebagian besar anak sudah pandai melempar dan menangkap bola. Mereka dapat menggunakan gunting, dapat membentuk tanah liat, bermain membuat kue-kue dan menjahit, mewarnai dan menggambar dengan pensil atau krayon. Mereka juga sudah dapat menggambar orang.
            Keterampilan kaki anak belajar melompat dan berlari cepat, dan mereka sudah dapat memanjat. Antara usia 3-4 tahun anak dapat mempelajari sepeda roda tiga dan berenang. Lompat tali, keseimbangan tubuh dalam berjalan di atas dinding atau pagar, sepatu roda, bermain sepatu es, menari.[6]    

BAB III
PEMBAHASAN OBSERVASI


            Berikut ini adalah hasil observasi yang dilakukan oleh penulis terhadap sabyek observasi:
Aisyah Shakila Putri adalah anak dari pasangan Pipi Sumanti dan Samsir yang lahir pada tanggal 25 Mei 2009. Ia tumbuh di lingkungan perumahan SDN 2 Sungailiat. Ayahnya dan ibunya seorang pegawai kantoran. Setiap harinya ibunya berangkat ke kantor mulai jam 7 pagi sampai jam 4 petang. Dan sesampai dirumah, kebiasaan ibunya menyiapkan makanan dan bersih-bersih rumah. Sedangkan dimalam hariya ibu Pipi mengajar privat dirumahnya. Sedangkan ayahnya berangkat jam 7 pulangnya jam 5 petang. Aisyah di urus oleh seorang pembantu, dan ibunya hanya menemani ketika sore sampai pagi. Akan tetapi rasa sayang dan perhatian dari ibu Pipi terhadap putrinya tidak berkurang sedikitpun walau disebukkan dengan bekerja pada siang hari.
Caca sapaannya, sudah dapat berjalan. Dia sudah mulai bermain keluar rumah ke perkarangan sendirian. Dan apabila bermain masih bersifat merusak atau melempar barang yang tidak disukainya, misalnya kertas yang disobek-sobek. Dia mencoba bereksplorai tentang barang-barang yang dia temui dan ingin menemukan apakah kegunaan dari barang tersebut atau digunakan sesuai imajinasinya.
Dalam berinteraksi dia sudah agak lancar dalam berbicara walaupun kejelasan vocalnya masih ada yang belum terbaca secara jelas. Adapun perbendaharaan kata sudah mulai meningkat dan sering dia mengulangi kata-kata yang kita lontarkan atau yang dia dengar. Dan dia juga sering menanyakan apa ini namanya? Apa itu? siapakah dia? untuk apa? dan sebagainya.
Ia mempunya kencenderungan yang agak unik. Caca lebih suka dengan orang yang ia kenal tapi jarang berjumpa. Misalnya, disaat dia mengenal nenek, kakek, acu (adek bungsu ibunya) dan apabila menginginkan apapun harus dari atau sama mereka jika disaat itu ada mereka. Misalnya minta dibuatin susu, yang buat harus nenek ataupun kakek dan acunya. Kecuali apabila mereka sedang tidak ada maka ia baru mau mendapat atau minta dari ibunya dan apabila ibunya juga tidak ada baru mau pada pembantunya.

 
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN

Berdasarkan analisa diatas penulis menyimpulkan bahwa Aisyah sudah berada pada tahap perkembangan yang normal, dimana Aisyah sudah berbicara sesuai dengan apa yang ingin ia lakukan, jadi dia sudah bisa berpikir untuk melakukan sesuatu atau berbicara sesuatu.
Dia juga sudah mampu untuk menguasai bahasa dengan aturan tata bahasa yang baik dan sempurnya. Selain itu juga Aisyah mampu mengungkapkan kata-kata “tak mau” jika dia tidak menginginkan sesuatu hal.
Ini Membuktikan bahwa perkembangan bahasa yaitu dalam hal ini pemerolehan bahasa pada Aisyah sudah termasuk normal sesuai dengan tahapan perkembangan berbicaranya.
Anak ini juga makin sering bertanya sebagai ungkapan rasa keingintahuannya, seperti "kenapa?", "sedang apa?", "mau ke mana?" dan lain-lain.
Pada usia ini, Aisyah sudah mulai bisa mengerti penjelasan sederhana. Dapat dilihat respon dan reaksinya disaat ibu atau orang terdekatnya berkomunikasi kepadanya; jika ia melakukan apa yang kita inginkan, dari itu dapat diartikan dia cukup mengerti kalimat orang lain. Aisyah sangat menyukai permainan peran karena hal itu permainan mengasikkan buat dia sebagai salah satu cara mengekspresikan perasaan, dan keingintahuan.

SARAN
Untuk Orang Tua dan Guru:
·         Sebaiknya orang tua memperhatikan karakteristik anaknya seperti apa dan dilakukan pendekatan secara lebih. Karena anak membutuhkan tempat atau sandaran untuk merasakan kenyamanan, keamanan, dan kedamaian.
·         Berilah anak diruang untuk bergerak dan kebebasan untuk bermain, berfantasi, bereksplorasi, karena hal ini dapat melatih daya motorik dan kreasi anak dan hindarkan dari benda-benda atau tempat yang berbahaya.
·         Ajaklah mereka berkomunikasi dan berbicara serta meluruskan apabila mereka terjadi kesalahan dalam pelafalan kata.
·         Jadikanlah saat-saat bersama anak Anda sebagai masa yang menyenangkan, ceria, santai dan segar.
·         Memberikan stimulus kepada anak untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya.
·         Pakailah cerita-cerita dongeng dan fabel yang sebenarnya mencerminkan dunia anak kita dan memakainya sebagai suatu cara untuk mengajarkan banyak hal tanpa menyinggung perasaannya.

Untuk Anak (Aisyah Shakila Putri) :
Untuk Caca yang sudah bisa mengucapkan kata dengan bunyi yang sesuai dan satu kalimat panjang dengan lancar, penulis memberikan saran agar diberikan stimulus yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya, diantaranya yaitu dengan melakukan permainan berbicara.
Permainan berbicara atau permainan deskriptif adalah permainan yang menuntut anak anak untuk menguraikan benda dengan mendorong anak untuk mencari kata kata dan membantu mereka berbicara dan berfikir dengan lebih jelas.
Beberapa contoh kegiatan permainan berbicara adalah :
1.Kotak Raba
Cara bermainnya adalah masukan benda benda yang dianak telah mengetahui nama bendanya kedalam kotak tertutup yang diatasnya terdapat lubang untuk memasukan tangan. Benda benda itu bisa berupa pensil, buku, penggaris, dll. Lalu minta anak untuk memasukan tangannya dan mengambil satu benda, kemudian anak mencoba menguraikan bentuk benda yang di pegang sebelum menebak nama bendanya.
2. Menceritakan gambar
Bacakan cerita bergambar pada Aisyah yang tidak ada tulisannya, seperti Gambar seri, orangtua atau guru bisa mencontohkan cara bercerita dengan gambar sesuai dengan isi gambarnya. Minta Aisyah untuk mengulanginya lagi yaitu bercerita sesuai dengan isi gambar menurut bahasanya.


DAFTAR PUSTAKA


Aliah B. Purwakania Hasan. 2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: Persada Press
Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.
Fudyartanta, Ki. 2012. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Hidayati, Wiji dan Sri Purnami. 2008. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Teras.
Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: Indeks.
Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
                                                                                                


[1] Ki Fudyartanta. 2012. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.Hlm. 236.
[2] Lusi Nuryanti. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: Indeks. Hlm.  43-44.
[3] Agoes Dariyo. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama. Hlm.  216-217.
[4] Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 11
[5] Aliah B. Purwakania Hasan.  2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: Persada Press. Hlm.105
[6] Wiji Hidayati dan Sri Purnami. 2008. Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Teras. Hlm. 119-120.

Sabtu, 19 Mei 2012


PERAN ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN BAHASA ANAK



“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi
shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik menjadi harapan”
(Al-Kahfi: 46)
                                                                                                     
Setiap anak adalah tumpukan cinta kasih kedua orang tuanya. Anak merupakan amanat ditangan kedua orang tuanya dan kalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga. Jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan (dalam lingkungan rumah tangga dan lingkungan sosial), niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, jika dibiasakan dengan keburukan (dalam lingkungan rumah tangga dan lingkungan sosial) serta ditelantarkan, niscaya dia akan menjadi orang yang celaka dan berdampak sangat buruk bagi perkembangan baik fisik, mental, maupun spiritual sang anak.
Keluarga (orang tua) adalah tempat utama dan pertama bagi anak untuk mendapatkan pendidikan. Sebagai orang tua, kita harus dapat bertindak bijaksana, agar si anak memperoleh dan dapat menggunakan bahasa dengan baik. Dan kita harus tahu bagaimana caranya memberi stimulus positif yang sesuai dengan perkembangannya.
Perkembangan bahasa pada anak tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa didukung aktif oleh orang tua dan pendidik. Selain ibu, peran ayah pun juga sangat dibutuhkan dalam masa perkembangan bahasa anak. Ayah juga harus menjadi teladan yang baik bagi anaknya, yaitu dalam mengucapkan atau berkomunikasi dengan mengucapkan kata-kata yang penuh ilmu dan tuntunan agama, tidak kasar, dan tidak membentak. Jika orang tua dan pendidik bekerja sama dengan baik dalam memberikan teladan yang positif pada anak dalam masa-masa perkembangannya baik fisik maupun mental maka anak kelak akan tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang mulia budi pekertinya dan santun budi bahasanya.
Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui bahasalah seseorang atau anak dapat mengekpresikan pikirannya, sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak.
Pada zaman dahulu banyak orang berpendapat bayi-bayi yang baru lahir tidak dapat melihat sama sekali. Namun, menurut saya bahwa bayi merah dapat melihat, walaupun hanya sekitar 20 cm. Dan dalam usia dua minggu mereka dapat memberi respon pada warna terang, meski hanya mampu melihat benda-benda tersebut dalam bentuk dua dimensi. Bulan demi bulan, jarak pandang ini akan bertambah.
Penggunaan bahasa yang baik dan benar sebaiknya diajarkan sejak kecil. Karena biasanya seorang anak, akan mudah sekali untuk meniru apa saja yang didengarkannya. Sebelum anak mampu berbicara dengan menggunakan bahasa, anak harus mampu memahami bahasa itu terlebih dahulu. Tugas kita adalah membelajarkan anak mengenai bahasa itu. Anak yang baru lahir (0 tahun) walaupun belum bisa berbicara, mereka perlu diberi stimulus bahasa. Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks diatara seluruh fase perkembangan. Islam sangat menaruh perhatian tinggi terhadap keseluruhan dan kebaikan anak sehingga islam menganjurkan kira agar mengumandangkan adzan pada telinga anak ketika baru lahir dan baru membuka mata pertama kali di dunia.
Dalam proses memperoleh bahasa anak berlangsung tiga tahapan, yakni:
a.       Tahapan peniruan.
b.      Tahapan memahami makna.
c.       Menggunakan kata dalam komunikasi.

Berdasarkan tahapan memperoleh bahasa anak di atas, orang tua dapat berperan agar anak dapat memperoleh dan menggunakan bahasa dengan baik.
Pada tahap pertama (tahap peniruan) kita harus sadar, bahwa segala sesuatu yang didengar atau yang sengaja diperdengarkan kepada bayi akan senantiasa ditiru. Baik kata-kata yang bermakna kurang baik maupun bermakna lebih baik. Jadi kita sebagai orang tua harus memperhatikan bahasa kita terhadap bayi. Ajarlah bayi berbicara dengan suara yang lembut, halus dan bahasa yang sopan. Anggaplah sang bayi seakan-akan sudah mampu berbicara.
Dalam tahap kedua (tahap memaknai makna) biasanya kata pertama si kecil belum terdengar begitu jelas. Kita sendiri pun mungkin belum begitu dapat mengenali maknanya. Sebagian besar bayi baru dapat mengucapkan kata-kata dengan benar setelah ia berusia kurang lebih satu tahun. Bayi akan mempelajari makna dari satu kata. Kemudian, sedikit demi sedikit belajar mengucapkannya. Jika kita ingin mengajarinya, sebaiknya dengan cara mengulang satu kata secara terus menerus.
Setiap bulannya suku kata yang dimiliki oleh sebagian besar anak yang baru mulai berbicara hanya bertambah satu hingga tiga buah. Hal ini tidak disebabkan karena bayi kurang cerdas atau bayi kurang stimulasi. Namun, salah satu faktor utamanya adalah daya ingat bayi yang masih terbatas. Dan ini tidak menutup kemungkinan ada bayi yang mampu mengucapkan lebih banyak dari itu. Tapi bayi seperti ini kuantitasnya relatif sedikit dibanding yang tadi. Setelah usianya kurang lebih 18-24 bulan, barulah anak dapat menjadi lebih cepat dalam mempelajari berbagai kata baru. Dan anak sudah bisa menggunakan kata “saya” dan “kamu” walaupun sering kali penggunaanya belum tepat.
Untuk memberi memotivasi anak untuk belajar bahasa, kita sebagai orang tua jangan memotong setiap perkataan mereka. Dan jika kata-kata mereka terdengan kurang jelas, kita dapat menanyakan kembali kepada anak tersebut. 
Pada usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai 250 kata dan sudah dapat membentuk kalimat yang terdiri dari 3 kata. Usia 3 tahun sering disebut masa emas, yang mana anak lebih cepat menangkap dan menyimpan kosa kata baru. Jadi berhati-hatilah ketika mengucapkan perkataan didepan anak.
Dalam tahap ketiga (Menggunakan kata dalam komunikasi) orang tua sangat berperan, disaat anak menggunakan kata-kata yang kurang tepat. Sebagai orang tua kita dapat melakukan koreksi sederhana terhadap perkataan anak. koreksi sederhana ini dapat diterapkan ketika anak usia 5 tahun yang mana dia sudah memahami makna kata-kata yang baik atau makna kata-kata yang kurang baik.
Jadi walaupun kita adalah orang yang super sibuk, sebaiknya kita tetap memberikan jatah waktu buat anak. Ajak anak-anak berbincang-bincang. Amatilah perkembangannya secara serius. Kehilangan satu tahap saja itu sudah dapat membuat diri kita juga kehilangan momen-momen terpenting.
Sekali lagi yang perlu diingat oleh kedua orang tua adalah jika seorang anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tua, besar kemungkinan dia akan menjadi seorang anak yang temperamental. Sang anak menjadi bebas dalam melakukan segala hal kebaikan maupun keburukan. Sebagai orangtua seharusnya memiliki kemampuan untuk memusatkan perhatian pada perilaku positif serta tak lupa pada perilaku buruk sang anak.
Orang tua berkewajiban untuk mengajarkan bahasa yang baik dan benar kepada anak-anaknya sejak kecil. Di lingkungan remaja juga mempunyai andil yang sangat besar untuk mengajarkan berbahasa sehingga akan menciptakan etika komunikasi yang baik. Seseorang akan memiliki nilai kesopanan berbicara dan juga tingkah laku yang terpuji. Penggunaan bahasa yang baik dapat mempermudah dalam menyampaikan informasi atau pendapat yang diinginkan. Orang lain akan mengerti akan apa yang menjadi maksud dan tujuan kita. Dalam kehidupan sehari-hari seharusnya menggunakan tata bahasa yang baik supaya kita terbiasa untuk berkomunikasi secara lebih efektif. Manfaatnya selain dihargai orang lain, kembali ke orang tua juga, sebab sang anak akan menjadi orang yang menghargai orang lain dan kedua orang tua.
Kata-kata yang digunakan dalam berbicara seseorang dapat mencerminkan kemampuan berpikir dan tingkat kepribadiannya. Kepribadian seseorang yang baik dapat memilih apa saja yang harus diucapkan dan dibicarakan. Tidak berlebihan jika seseorang yang pandai berbahasa, ia akan merasa diterima dan dihargai oleh berbagai kalangan.