Minggu, 21 April 2013

PENERAPAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa pula kami panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW sang pangeran yang telah membawa kita dari alam kejahiliyaan kepada alam yang penuh dengan pengetahuan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.





Petaling, 22 April 2013

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN


Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya. Oleh karenanya program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada invidu peserta didik.
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang karakteristik individu. Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu dipahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan secara optimal potensi yang ada pada dirinya. Barangkali rendahnya mutu keluaran persekolahan yang dirasakan saat ini sebagai akibat penanganan salah yang telah dilakukan oleh sistem persekolahan saat ini sehingga kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang. Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.
Teori Kecerdasan majemuk (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner seorang professor psikologi dari Harvard University akan dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu. Makalah ini bertujuan untuk membahas dan lebih memahami tentang upaya yang perlu dilakukan oleh guru sebagai pendidik dalam membantu memfasilitasi pengembangan potensi individu peserta didik agar dapat meningkatkan kecerdasan logika matematika pada peserta didik.
 BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi oranglain.Kecerdasan dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Kecerdasan berkaitan dengan daya pikir dan perkembangan kognitif.
Multiple Intelligences adalah sebuah penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahakan masalah dan menghasilkan kesatuan. Kecerdasan logika matematis merupakan salah satu kecerdasan yang terdapat dalam kecerdasan multiple intelegences. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda, maka dalam hal ini tergantung para guru dan orang tuanya lah dalam membantu perkembangan anak-anaknya. Kecerdasan logis matematis memuat kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir.
Thomas Amstrong menyatakan bahwa kecerdasan ini merupakan kecerdasan dalam mengolah kata. Seperti kecerdasan para jurnalis, juru cerita, penyair, dan pengacara. Orang yang cerdas dalam bidang ini, mereka dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Mereka juga senang bermain-main dengan bunyi bahasa melalui teka-teki kata, permainan kata (pun) dan touge twister.
Slamet suyanto juga mengatakan bahwa kecerdasan logika matematika adalah kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika. Jalan pikiran bernalar dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat. Pengembangan intelegensi matematis logis anak-anak dapat diasah dengan bermain maze, bermain balok dan sebagainya. Anak yang memiliki intelegensi matematis logis umumnya mampu mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat, mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut dan pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.
Dalam buku Smart Baby’s Brain, Armstrong juga mengatakan bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan logika matematika adalah “anak-anak yang memiliki kemampuan-kemampuan matematika berpikir melalui pola-pola dan hubungan-hubungan yang abstrak, mereka belajar dengan cara menggunakan teka-teki dan permainan logika”.

B.     Cara Mengembangkan Kecerdasan Logika pada anak
*      Menyelesaikan puzzle, dapat juga dengan permainan lain seperti ular tangga dan domino. Permainan ini akan membantu anak dalam latihan mengasah kemampuan memecahkan berbagai masalah menggunakan logika.
*      Mengenal bentuk geometri dapat dimulai dengan kegiatan sederhana sejak anak masih bayi, misalnya dengan menggantung berbagai bentuk geometri sebagai warna. Untuk anak usia TK permainan ini dengan cara permainan mengelompokkan.
*      Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu, pengenalan bilangan melalui nyanyian anak-anak atau dapat juga membuat sajak berirama dan lagu tentang pengenalan bilangan dan konsep berhitung versi sendiri.
*      Eksplorasi pikiran, melalui diskusi dan olah pikir ringan, dengan obrolan ringan, misalnya mengaitkan pola hubungan sebab-akibat perbandingan atau pengenalan bilangan dengan topik yang menarik bagi anak, bermain tebak-tebakan, bisa berupa teka-teki atau tebak-tebakan.
*      Pengenalan pola. Permainan menyusun pola tertentu dengan menggunakan kancing warna-warni, pengamatan atas berbagai kejadian sehari-hari, sehingga anak dapat mencerna dan memahaminya sebagai hubungan sebab akibat
*      eksperimen di dalam membawa anak berjalan-jalan  keluar rumah biarkan anak bereksplorasi dengan alam.
*      Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika, dapat dengan cara mengikutsertakan anak belanja membantu mengecek barang yang sudah masuk dalam kereta belanjaan, mencermati berat ukuran barang yang kita beli, memilih dan mengelompokkan sayur-mayur maupun buah yang akan dimasak.
*      Games penuh strategi dan bereksperimen.
*      Berikan PR dengan porsi lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitaas soal.
*      Berikan selalau reward atas keberhasilan anak dalm pencapaian suatu tahapan.
*      Menghitung soal-soal matematika sederhana di kepala (berapa 1+1 dalam 5 detik), pelajari cara menggunakan sempoa, sering-sering mengisi tekaa-teki silang/asah otak lainnya.

C.    Ciri-Ciri dan Karakter Anak yang Mempunyai Kecerdasan Logika Matematika
Peserta didik dengan kecerdasan logis matematis tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir. Secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya itu. Mereka juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif diantaranya bermain catur dan bermain teka-teki. Dengan demikian seseorang yang memiliki kecerdasar logis matematis yang tinggi akan terampil dalam melakukan hitungan atau kuantifikasi, cengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan operasi matematis yang kompleks. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur, dan program komputer
Menurut tahap perkembangannya dapat dilihat, peningkatan kecerdasan logika matematika pada anak, antara lain:
0 – 1 tahun
Anak sangat suka mengamati apa saja yang ada disekitarnya yang dapat dijangkau dengan mudah
1,5 – 2,5 tahun
Ia akan mulai mengklasifikasi objek objek mungkin berdasarkan warna, bentuk dan fungsi. Atau apabila diusia ini anak mulai berbicara, kesadaran terhadap konsep “besar” dan “kecil” akan berkembang dan memasuki tingkatan konsep “lebih besar” atau “lebih kecil” dengan membandingkan berbagai benda.
3 – 4 tahun
Anak menyukai kegiatan menyusun benda berdasasrkan urutan kecil ke besar. Diusia ini anak telah berada dalam tahap perkembangan berpikir untuk menimbang dan mengukur.Anak usia 3 tahun sudah mulai menyadari konsep pola tertentu, misal kancing yang disusun dengan pola warna tertentu biru, merah, kuning, hijau, anak usia ini sudah dapat meniru susunan dengan pola yang samaKonsep logika lain yang mulai berkembang adalah konsep tentang hubungan sebab akibat.
Hal hal yang relatif bisa diukur :
  • Mengenal ciri diri sendiri
  • Mengenal warna
  • Mengenal konsep persamaan dan perbedaan
  • Mengelompokkan benda berdasarkan warna dan bentuk
  • Mengenal macam macam rasa dan bau
  • Menentukan posisi luar – dalam, atas – bawah
  • mengenal bangun geometri seperti persegi panjang, segitiga dan lingkaran) dan mulai mengidentifikasi bentuk geometri dengan benda yang ada disekitarnya
  • Mengenal ukuran panjang – pendek, berat – ringan dari benda benda yang ada disekitarnya
  • mengenal waktu dengan matahari, siang – malam
  • Mengenal lambang bilangan 1 – 10
4 – 5 tahun
Anak biasanya sudah mulai memahami konsep bilangan, dan berkembang kepekaannya terhadap konsep ukuran ukuran yang ada disekitarnyaHal hal yang relatif bisa diukur :
  • Mengenal lebih banyak ciri diri sendiri dan mengenali persamaan dan perbedaan dirinya denngan orang lain
  • Menghubungkan ukuran dengan benda yang ada disekitarnya
  • Menghubungkan bentuk geometri dengan benda yang ada disekitarnya
  • memperkirakan ukuran jumlah, panjang pendek, berat ringan benda benda yang ditemuinya
  • Mengurutkan benda berdasarkan warna, ukuran, jenis permukaan denngan pola tertentu
  • Mengamati perubahan bentuk cair, beku, uap dan embun
  • Menentukan posisi kiri kanan, depan belakang
  • Mengenal konsep waktu berdasarkan kegiatan
  • mengenal konsep hari
  • Mengenal konsep dan lambang bilangan 1 – 20

Risang Melati juga mengemukakan bahwa untuk memahami anak-anak yang mempunyai kecerdasan logika dapat dilihat melalui beberapa cara, antara lain:
*      Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak. Misalnya: menurut warna, bentuk, ukuran, jenis dan lain-lain.
*      Menunjuk sebanyak-banyaknya benda, hewan, tanaman yang mempunyai warna, bentuk atau ukuran atau menurut cirri-ciri tertentu.
*      Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika: warna dicampur, proses pertumbuhan tanaman (biji-bijian, umbi-umbian, batang-batangan) balon ditiup lalu dilepaskan, benda-benda dimasukkan kedalam air: apakah terapung, melayang, tenggelam, benda-benda yang dijatuhkan (gravitasi), kaca pembesar, mencoba dan membedakan bermacam-macam rasa, baud an suara.
*      Membilangkan atau menyebut urutan bilangan minimal 1-10.
*      Membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 5).
*       Mengelompokkan bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segi empat, segitiga).
*      Memasang benda-benda dengan pasangannya.
*      Bembedakan konsep kasar-halus melalui panca indra.
*      Menyebut konsep depan-belakang-tengah, atas-bawah, luar-dalam, pertama-terakhir-diantara, keluar-masuk, naik-turun, maju-mundur.



Jumat, 22 Februari 2013

PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN



Macam-macam prinsip pengajaran secara relatif berlaku umum di antaranya adalah:
1.     Prinsip perkembangan
Disaat siswa sedang diajar di dalam kelas bearti mereka sedang dalam proses perkembangan dan terus berkembang. Kemampuan anak berbeda-beda di setiap tingkat kelas. Perkembangan bearti perubahan. Perubahan itu ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Sebagai seorang guru hendaknya cukup mengerti dan bersabar, apabila pada suatu saat seorang siswa belum memperhatikan kemajuan dan kemajuannya lambat.

2.     Prinsip Perpedaan Individu
Tiap orang siswa memiliki pembawaan-pembawaan yang berbeda, dan menerima pengaruh dan perlakuan dari keluarganya yang masing-masing juga berbeda. Wajar apabila setiap siswa memiliki ciri-ciri tersendiri. Ada siswa yang badannya tingginya kurus, atau pendek  gemuk, cekatan atau lamban, kecerdasan tinggi, sedang atau rendah, berbakat dalam beberapa mata pelajaran, tetapi kurang berbakat dalam mata pelajaran tertentu, tabah dan ulet atau mudah putus asa, periang atau pemurung, dan sebagainya.
Sebagai seorang guru, harus mengerti benar tentang keragaman ciri-ciri siswa. Baik di dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas-tugas dan pembimbingan, guru hendaknya menyesuaikannya dengan perbedaan-perbedaan tersebut. Dalam pengajaran yang bersifat klasikal, penyusuaian pelajaran dengan perbedaan individu ini terbatas sekali.
            Pengajaran yang bersifat klasikal dapat disempurnakan dengan cara-cara sebagai berikut:
·         Dalam mengajar hendaknya guru menggunakan metode atau strategi belajar- mengajar yang bervariasi.
·         Hendaknya mengunakan alat dan media pengajaran.
·         Hendaknya guru memberikan bahan pelajaran tambahan kepada anak-anak yang pandai, untuk mengimbangi kepandaiannya.
·         Hendaknya guru memberikan bantuan atau bimbingan khusus kepada anak-anak yang kurang pandai atau lambat dalam belajar.
·         Pemberian tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak.

3.     Minat dan Kebutuhan Anak
Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri. Dan setiap anak yang beda tempat tinggalnya beda pula minat dan kebutuhannya. Bahan ajaran dan cara penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut. Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian.
        
4.     Aktivitas Siswa
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dan siswa sebagai subjeknya di dalam pengajaran. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pengajaran, yang menuntuk siswa banyak beraktivitas belajar. Metode-metode yang banyak mengaktifkan siswa antara lain ialah metode: diskaveri, inkuiri, eksperimen, demonstrasi pemecahan masalah, keterampilan proses, penegasan, dan diskusi.

5.     Motivasi
Setiap perbuatan, termasuk perbuatan belajar didorong oleh sesuatu atau beberapa motif atau biasanya disebut dorongan atau kebutuhan merupakan sesuatu tenaga yang berada pada diri individu atau siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Motif seeseorang mungkin cukup besar tanpa motivasi dari luar dia sudah bisa berbuat, orang atau siswa tersebut artinya memiliki motif internal. Sedangkan motif seseorang yang membutuhkan motivasi dari luar, yaitu dari guru, orang tua, teman, buku dan lain-lain, orang atau siswa seperti ini memiliki motivasi eksternal.
Selain itu, motif instrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai atau berkaitan dengan perbuatan yang dilakukan. Motiv ini dapat bersifat internal, dan muncul dari dalam diri siswa itu sendri. Contohnya: seorang siswa rajin belajar bahasa inggris karena ia ingin bisa berbicara bahasa inggris. Motiv ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang berada di luar perbuatan atau tidak ada hubungan langsung dengan perbuatan yang dilakukannya, tetapi menjadi penyerta. Contohnya, seorang siswa rajin belajar karena ingin naik kelas atau dapat ijazah. Naik kelas atau mendapat ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar. motiv ini dapat berperan sebagai operant conditioning.
Upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan belajar para siswa.
  • Menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi.
  • Memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa.
  • Memberikan sasaran antara. Sasaran akhir belajar adalah lulus ujian atau naik kelas. Untuk membangkitkan motif belajar maka diadakan sasaran antara, seperti ujian semester, tengah semester, ulangan harian, kuis, dan sebagainya.
  • Memberikan kesempatan untuk sukses.
  • Diciptakan suasana belajar yang menyenangkan
  • Adakan persaingan sehat. Persaiangan atau kompetisi yang sehat dapat membangkitkan motivasi belajar.