Minggu, 16 Desember 2012

OBSERVASI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

BAB 1
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Proses perkembangan manusia dimulai dengan perkembangan prakelahiran, perkembangan fase bayi, perkembangan fase awal kanak-kanak, perkembangan fase akhir kanak-kanak, perkembangan fase remaja, perkembangan tahap dewasa, dan perkembangan lanjut usia. Pembahasan di sini difokuskan pada perkembangan anak dari usia 3,5 tahun.
Perkembangan jasmanai maupun rohani sudah dimulai sejak masih dalam kandungan  yang biasanya Sembilan bulan lamanya. Pada waktu lahir kemampuan otak telah terbentuk 50% dan kemampuan itu akan terus meningkat sampai dengan umur 5 tahun. Pertumbuhan otak sangat bergantung pada kondisi kesehatan anak, dan hal itu sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang terkandung dalam makanan pada sang anak.
Untuk perkembangan rohani tidak dapat diselidiki terlepas dari perkembangan jasmani. Sesungguhpun ada perbedaan antara keduanya, dan perbedaan itu tidak selalu perlu apalagi pada seorang bayi. pada masa usia ini seorang bayi hanya dapat memberikan isyarat dengan menggerakan tangannya, menangis, tertawa dalam menginginkan sesuatu dan hal itu akan terus berkembang hingga ia dapat berbicara berjalan dan berlari.

B. CATATAN OBSERVASI
IDENTITAS ANAK
a. Nama                                   : Aisyah Shakila Putri
b. Umur                                   : 3,5 Tahun (25 Mei 2009)
c. Jenis Kelamin                      : Perempuan

1. PENGAMATAN PERTAMA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Minggu/ 4 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :19.00 s.d 09.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Dapat mengucapkan Salam
b. Perkembangan Afektif
- Merespon ketika diajak berkomunikasi
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat menendang bola

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Aisyah sudah dapat mengucapkan salam kepada orang lain, misalnya saat ditelpon atau masuk rumah dan dia juga dengan mudah merespon lawan bicaranya. Rizki adalah salah satu teman sepermainan dilingkungan rumahnya, mereka sering bermain bola. Dan Aisyah dapat dapat melakukan itu dengan mudahnya.

2. PENGAMATAN KEDUA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Minggu/ 11 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :10.00 s.d 21.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Dapat menjawab salam dan mulai aktif dalam bicara.
b. Perkembangan Afektif
- Lebih merespon apa yang disampaikan orang lain.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Menangis untuk meluapkan keinginannya.

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Dia mulai aktif dalam berkomunikasi terhadap lawannya, dan sudah bisa menjawab salam (wa’alaikum salam) walaupun tidak begitu jelas. Selain itu juga, dia mudah menanggapi pembicaraan ibu dan ayahnya misalnya disaat ibunya meminta dia untuk mengambilkan sesuatu. Anak seperti Aisyah dapat meluapkan keinginannya melewati menangis, misalnya disaat dia meminta sesuatu (susu atau mainan) jika tidak sesuai dengan keinginannya.



3. PENGAMATAN KETIGA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Rabu/ 14 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :16.00 s.d 22.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- lebih aktif berkomunikasi
b. Perkembangan Afektif
- Mengemukakan apa pendapatnya misalnya akan kata “tak mau” ketika dia tidak menyukai sesuatu.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Marah ketika tidak menyukai sesuatu.

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Hari demi hari, Aisyah dapat berkomunikasi lebih aktif dari sebelumnya. Dan dia dapat mengemukakan kata-kata “tak mau” ketika dia tidak menyukai sesuatu. Selain menangis, rasa kesal dan marah muncul didirinya terhadap orang yang ia maksud.


4. PENGAMATAN KEEMPAT
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Kamis/ 15 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Nangka)
c. Waktu Kejadian                  :14.00 s.d 15.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Bertambahnya kosa-kata
b. Perkembangan Afektif
- Menunjukkan kemampuan berbicara yang baik, seperti mulai diajak bercerita.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Mulai bernyanyi sambil menggerakkan Anggota badannya.

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Semakin hari semakin bertambah kosa-kata, karena hampir setiap hari Aisyah menonton ataupun mendengar cerita. Dia dapat menceritakan apa yang sudah kita ceritakan pada dirinya. Selain itu dia juga dapat berperan sebagai seorang guru layaknya. Pernah terjadi saat pertanyaan dari saya sendiri terlontarkan kepada dia “Adek mau jadi apa?” dan dia dengan lantang menjawabnya “jadi guru”. Dan saya disaat jawaban itu membuat saya penasaran, apakah dia tau bagai mana guru yang sesungguhnya atau hanya sekedar bicara saja. Ternyata Aisyah mampu melakukan apa yang saya tanyakan, waktu yang bertepatan, dia berperan layaknya seorang guru dihadapan saya, orang tua, nenek dan kakeknya.
Dan disaat bernyanyi lagu “topi saya bundar” dia sudah dapat menggerakkan anggota tubuhnya, misalnya tanggan, kaki dan kepalanya.
  
5. PENGAMATAN KELIMA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Minggu/ 18 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :09.00 s.d 15.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Menyukai buku cerita
b. Perkembangan Afektif
- Dapat mengajak lawan bicara untuk mendengar cerita dari dirinya.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat berpose layaknya orang yang usianya diatas 3 tahunan

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Selain suka bernyanyi sambil menggerakkan anggota tubuhnya, dia suka dengan buku cerita, dan itu dapat ia ceritakan kembali jika dia mendengan cerita tersebut dengan baik. Bagi orang yang mendengar ceritanya, saya rasa kita dapat mengerti apa yang ia ceritakan tersebut. Jika disuruh bergaya-gaya didepan kamera, Aisyah adalah anak yang senang berpose.


6. PENGAMATAN KEENAM
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Minggu/ 25 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :08.00 s.d 10.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Sudah dapat mengenal warna
b. Perkembangan Afektif
- Dapat mematuhi peraturan sederhana dalam permainan.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat meniru gerakan lingkaran.

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
6 warna (merah, kuning, hijau, biru, putih dan hitam) sudah dapat ia kenal. Disaat bermain peran, dia sudah bisa mematuhi aturan-aturan permainan. Kalau disuruh menunggupun dia akan mengantri dengan sabarnya. Selain dapat bermain peran, dia juga senang bermain lingkaran bersama teman sebayanya, salah satunya Rizki teman sepermainannya. Aisyah dengan mudah meniru gerakkan lingkaran, disaat permainan berlangsung.



BAB II
LANDASAN TEORI

Pada usia 3,5 tahun merupakan masa perkelanjutan dari perkembangan bayi yang telah melewati masa kritis dimana seorang anak sudah mulai siap untuk menghadapi dunia, sudah mulai mengenal dan memahami sesuatu yang berada di sekitarnya. Pada awal kelahirannya bayi masih memiliki penglihatan yang buruk, mereka dapat melihat namun masih kabur. Dan kemampuan penglihatan ini akan terus berkembang sesuai dengan pengalamannya. Sedangkan pendengaran anak telah berkembang sejak sebelum lahir. Dan seorang bayi akan bereaksi ketika mendengarkan suara yang keras atau tiba-tiba, dan bayi juga dapat mendeteksi dengan cukup baik  arah sumber suara. Dan pada usia 18 bulan bayi memiliki kemampuan yang sama baik dengan orang dewasa.
           
Perkembangan Kognitif Anak Usia 3,5 Tahun
Menurut Piaget, proses perkembangan kognisi merupakan rangkaian yang terdiri dari beberapa tahap. Tahap sendiri adalah waktu dimana pikiran dan perilaku anak dalam beberapa situasi merupakan fleksi atau pantulan dari tipe struktur mental tertentu yang mendasarinya.
Salah  satu perubahan kognitif penting terjadi antara anak-anak usia tiga ke empat tahun adalah perkembangan pikiran simbolik. Pikiran simbolik ialah kemampuan menghadirkan secara mental atau simbolis objek konkret, tindakan, dan peristiwa. Anak-anak usia tiga tahun dan empat tahun dianggap pemikir pra-operasional, yang merupakan fase perkembangan intelektual dengan benda-benda atau hal-hal riil, nyata, konkret, tidak abstrak.  Dengan operasi praoperasional ini kanak-kanak mulai mampu mengadakan klasifikasi atau penggolongan benda-benda atau objek-objek secara kasar, garis besar.[1]
Perkembangan Sosial Anak Usia 3,5 Tahun
Waktu anak-anak tiga sampai lima tahun bertumbuh, mereka semakin menjadi makhluk sosial. Anak-anak usia tiga tahun memperlihatkan minat yang semakin besar terhadap anak-anak lain dan orang-orang dewasa, tetapi sering lebih senang berada bersama orang-orang dewasa atau bermain sendiri di dekat   anak-anak lain. Anak-anak usia empat dan lima tahun sedang menjadi makhluk sosial dan sering lebih suka ditemani anak-anak lain daripada ditemani orang dewasa. Anak-anak mulai mengungkapkan kesukaan mereka untuk bermain dengan beberapa anak lebih daripada anak-anak lain. Bermain adalah  aspek penting dari perkembangan sosial bagi anak-anak usia empat dan lima tahun. [2]
Anak-anak usia tiga tahun masih mengembangkan minat terhadap anak-anak lain, tetapi masih menyukai permainan pararel. Permainan pararel adalah melakukan permainan dekat atau di sisi anak-anak lain. Anak-anak usia tiga tahun menjadi semakin peka terhadap pengaruh mereka atas perasaan dan emosi orang lain. Bila mereka melihat orang lain menangis, sering mereka mulai menangis. Mereka juga menangis akibat dari sesuatu yang telah mereka lakukan. Anak-anak usia tiga tahun juga belajar bagaimana mengatur diri dalam berbagai situasi sosial. Mereka akan sering menghabiskan waktu untuk dengan seksama mengawasi anak-anak lain seolah-olah mereka sedang mencoba memahami bagaimana interaksi sosial bekerja dan apakah interaksi itu sesuai dengan situasi.[3]
Hubungan sosial bisa mempengaruhi perkembangan kognitif dan emosi anak-anak. Anak-anak yang ditolak secara sosial akan menjadi anak yang tidak bahagia di sekolah. Menolong anak-anak supaya rukun satu sama lain akan memajukan sikap positif di ruang kelas dan menanamkan cinta belajar dalam diri anak-anak.   
Perkembangan Motorik Anak
Motorik merupakan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerak tubuh. Dalam perkembangan motoris, unsur-unsur yang menentukan adalah otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan peranannya masing-masing secara interaksi positif, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi yang motoris yang lebih sempurna keadaannya.[4]
Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesmpurnaan otak juga menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerakkan tubuhnya. Dan dalam motorik anak, seorang anak banyak melakukan gerakan yang kurang jelas tujuannya. Setelah mereka terus melatih motoriknya, di kemudian hari anak akan lebih trampil menguasai otot-ototnya. Semakin bertambah pengalamannya, semakin kurang ia melakukan sesuatu yang tidak jelas.[5]
Awal masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk mempelajari keterampilan tertentu. Menyangkut keterampilan tangan dan kaki. Keterampilan dalam aktivitas makan dan berpakaian sendiri biasanya dimulai pada masa bayi dan disempurnakan pada masa kanak-kanak awal. Sebagian besar anak sudah pandai melempar dan menangkap bola. Mereka dapat menggunakan gunting, dapat membentuk tanah liat, bermain membuat kue-kue dan menjahit, mewarnai dan menggambar dengan pensil atau krayon. Mereka juga sudah dapat menggambar orang.
            Keterampilan kaki anak belajar melompat dan berlari cepat, dan mereka sudah dapat memanjat. Antara usia 3-4 tahun anak dapat mempelajari sepeda roda tiga dan berenang. Lompat tali, keseimbangan tubuh dalam berjalan di atas dinding atau pagar, sepatu roda, bermain sepatu es, menari.[6]    

BAB III
PEMBAHASAN OBSERVASI


            Berikut ini adalah hasil observasi yang dilakukan oleh penulis terhadap sabyek observasi:
Aisyah Shakila Putri adalah anak dari pasangan Pipi Sumanti dan Samsir yang lahir pada tanggal 25 Mei 2009. Ia tumbuh di lingkungan perumahan SDN 2 Sungailiat. Ayahnya dan ibunya seorang pegawai kantoran. Setiap harinya ibunya berangkat ke kantor mulai jam 7 pagi sampai jam 4 petang. Dan sesampai dirumah, kebiasaan ibunya menyiapkan makanan dan bersih-bersih rumah. Sedangkan dimalam hariya ibu Pipi mengajar privat dirumahnya. Sedangkan ayahnya berangkat jam 7 pulangnya jam 5 petang. Aisyah di urus oleh seorang pembantu, dan ibunya hanya menemani ketika sore sampai pagi. Akan tetapi rasa sayang dan perhatian dari ibu Pipi terhadap putrinya tidak berkurang sedikitpun walau disebukkan dengan bekerja pada siang hari.
Caca sapaannya, sudah dapat berjalan. Dia sudah mulai bermain keluar rumah ke perkarangan sendirian. Dan apabila bermain masih bersifat merusak atau melempar barang yang tidak disukainya, misalnya kertas yang disobek-sobek. Dia mencoba bereksplorai tentang barang-barang yang dia temui dan ingin menemukan apakah kegunaan dari barang tersebut atau digunakan sesuai imajinasinya.
Dalam berinteraksi dia sudah agak lancar dalam berbicara walaupun kejelasan vocalnya masih ada yang belum terbaca secara jelas. Adapun perbendaharaan kata sudah mulai meningkat dan sering dia mengulangi kata-kata yang kita lontarkan atau yang dia dengar. Dan dia juga sering menanyakan apa ini namanya? Apa itu? siapakah dia? untuk apa? dan sebagainya.
Ia mempunya kencenderungan yang agak unik. Caca lebih suka dengan orang yang ia kenal tapi jarang berjumpa. Misalnya, disaat dia mengenal nenek, kakek, acu (adek bungsu ibunya) dan apabila menginginkan apapun harus dari atau sama mereka jika disaat itu ada mereka. Misalnya minta dibuatin susu, yang buat harus nenek ataupun kakek dan acunya. Kecuali apabila mereka sedang tidak ada maka ia baru mau mendapat atau minta dari ibunya dan apabila ibunya juga tidak ada baru mau pada pembantunya.

 
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN

Berdasarkan analisa diatas penulis menyimpulkan bahwa Aisyah sudah berada pada tahap perkembangan yang normal, dimana Aisyah sudah berbicara sesuai dengan apa yang ingin ia lakukan, jadi dia sudah bisa berpikir untuk melakukan sesuatu atau berbicara sesuatu.
Dia juga sudah mampu untuk menguasai bahasa dengan aturan tata bahasa yang baik dan sempurnya. Selain itu juga Aisyah mampu mengungkapkan kata-kata “tak mau” jika dia tidak menginginkan sesuatu hal.
Ini Membuktikan bahwa perkembangan bahasa yaitu dalam hal ini pemerolehan bahasa pada Aisyah sudah termasuk normal sesuai dengan tahapan perkembangan berbicaranya.
Anak ini juga makin sering bertanya sebagai ungkapan rasa keingintahuannya, seperti "kenapa?", "sedang apa?", "mau ke mana?" dan lain-lain.
Pada usia ini, Aisyah sudah mulai bisa mengerti penjelasan sederhana. Dapat dilihat respon dan reaksinya disaat ibu atau orang terdekatnya berkomunikasi kepadanya; jika ia melakukan apa yang kita inginkan, dari itu dapat diartikan dia cukup mengerti kalimat orang lain. Aisyah sangat menyukai permainan peran karena hal itu permainan mengasikkan buat dia sebagai salah satu cara mengekspresikan perasaan, dan keingintahuan.

SARAN
Untuk Orang Tua dan Guru:
·         Sebaiknya orang tua memperhatikan karakteristik anaknya seperti apa dan dilakukan pendekatan secara lebih. Karena anak membutuhkan tempat atau sandaran untuk merasakan kenyamanan, keamanan, dan kedamaian.
·         Berilah anak diruang untuk bergerak dan kebebasan untuk bermain, berfantasi, bereksplorasi, karena hal ini dapat melatih daya motorik dan kreasi anak dan hindarkan dari benda-benda atau tempat yang berbahaya.
·         Ajaklah mereka berkomunikasi dan berbicara serta meluruskan apabila mereka terjadi kesalahan dalam pelafalan kata.
·         Jadikanlah saat-saat bersama anak Anda sebagai masa yang menyenangkan, ceria, santai dan segar.
·         Memberikan stimulus kepada anak untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya.
·         Pakailah cerita-cerita dongeng dan fabel yang sebenarnya mencerminkan dunia anak kita dan memakainya sebagai suatu cara untuk mengajarkan banyak hal tanpa menyinggung perasaannya.

Untuk Anak (Aisyah Shakila Putri) :
Untuk Caca yang sudah bisa mengucapkan kata dengan bunyi yang sesuai dan satu kalimat panjang dengan lancar, penulis memberikan saran agar diberikan stimulus yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya, diantaranya yaitu dengan melakukan permainan berbicara.
Permainan berbicara atau permainan deskriptif adalah permainan yang menuntut anak anak untuk menguraikan benda dengan mendorong anak untuk mencari kata kata dan membantu mereka berbicara dan berfikir dengan lebih jelas.
Beberapa contoh kegiatan permainan berbicara adalah :
1.Kotak Raba
Cara bermainnya adalah masukan benda benda yang dianak telah mengetahui nama bendanya kedalam kotak tertutup yang diatasnya terdapat lubang untuk memasukan tangan. Benda benda itu bisa berupa pensil, buku, penggaris, dll. Lalu minta anak untuk memasukan tangannya dan mengambil satu benda, kemudian anak mencoba menguraikan bentuk benda yang di pegang sebelum menebak nama bendanya.
2. Menceritakan gambar
Bacakan cerita bergambar pada Aisyah yang tidak ada tulisannya, seperti Gambar seri, orangtua atau guru bisa mencontohkan cara bercerita dengan gambar sesuai dengan isi gambarnya. Minta Aisyah untuk mengulanginya lagi yaitu bercerita sesuai dengan isi gambar menurut bahasanya.


DAFTAR PUSTAKA


Aliah B. Purwakania Hasan. 2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: Persada Press
Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.
Fudyartanta, Ki. 2012. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Hidayati, Wiji dan Sri Purnami. 2008. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Teras.
Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: Indeks.
Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
                                                                                                


[1] Ki Fudyartanta. 2012. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.Hlm. 236.
[2] Lusi Nuryanti. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: Indeks. Hlm.  43-44.
[3] Agoes Dariyo. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama. Hlm.  216-217.
[4] Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 11
[5] Aliah B. Purwakania Hasan.  2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: Persada Press. Hlm.105
[6] Wiji Hidayati dan Sri Purnami. 2008. Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Teras. Hlm. 119-120.