“Kamu mau pulang ke rumah, Asad?”
tanya kupu-kupu itu dengan suara kecil.
Asad sangat terkejut. “Kamu tahu siapa
diriku?” tanyanya.
“Mengapa tidak dari dulu kamu datang
dan bicara denganku?” Asad ingin tahu.
“Aku tak bisa, karena aku berada dalam
sebuah kepompong di atas pohon dalam taman,” kupu-kupu itu menjelaskan.
“Sebuah kepompong? Apa itu?” tanya
Asad, yang senantiasa ingin tahu.
“Mari kujelaskan semua dari awalnya,”
kata kupu-kupu itu sambil menghirup udara dang-dalam. “Kami, kupu-kupu,
menetaskan telur menjadi ulat-ulat kecil. Kami memberi makan diri kami dengan
mengerumuti dedaunan. Kemudian, kami gunakan cairan yang keluar dari tubuh kami
seperti benang, dan membungkus diri kami di dalamnya. Bungkusan kecil hasil
tenunan kami disebut sebagai sebuah kepompong. Kami menghabiskan waktu beberapa
lama di dalam bungkusan itu sambil tumbuh berkembang. Ketika kami bangun dan
keluar dari kepompong, kami mempunyai sayap-sayap cerah berwarna-warni. Kami
menghabiskan sisa hidup kami dengan terbang dan memberi makan diri kami dengan
bunga-bungaan.”
“Aku tidak merencanakan apapun,”
kupu-kupu itu dengan sabar menjelaskan. “Allah telah mengajari kami apa yang
perlu kami lakukan, dan kapan kami harus melakukannya. Kami hanya bertindak
sesuai dengan kehendak Allah.”
Asad benar-benar terkesan. “Pola-pola
di sayapmu sangat indah. Semua kupu-kupu memiliki corak yang berbeda-beda,
bukankah begitu? Mereka betul-betul berwarna-warni dan menarik perhatian!”
“Itulah bukti kesenimanan Allah yang
tak tertandingi. Ia menciptakan kita satu demi satu, dengan kemungkinan cara
yang paling indah,” temannya menjelaskan.
Asad menyetujuinya dengan antusias:
“Tidak mungkin kita mengabaikan hal-hal indah yang telah Allah ciptakan. Ada
ratusan contoh di sekeliling kita!”
Kupu-kupu setuju: “Kamu benar, Asad.
Kita mesti berterimakasih pada Allah atas segala berkah ini.”
Asad melihat ke arah punggungnya.
“Ayahku datang. Tampaknya kami akan segera berangkat. Luarbiasa sekali bisa
bertemu denganmu. Bisakah kita berbicara lagi ketika aku datang minggu depan?”
“Tentu saja,” kupu-kupu mengangguk.
“Semoga selamat di perjalanan sampai ke rumah.”
Segala sesuatu di
langit dan bumi memuja Allah ... (Surat Al-Hadid, 1)
Tidakkah kalian
melihat bahwa Allah mencurahkan air dari langit, dan dengannya Ia menumbuhkan
buah-buahan beraneka jenis? Di pegunungan, terdapat lapisan-lapisan merah dan
putih, bayang-bayang yang beranekaragam, dan batu-batu hitam legam. Manusia dan
hewan, serta ternak, juga beraneka warna. Hanya pelayanNya yang berpengetahuan
yang takut kepada Allah. Allah adalah Yang Maha Kuasa, Maha Memaafkan (Surat
Fatir: 27-28).
HIKMAH CERITA
:
Seperti yang telah
dicerita kan dalam dongeng ini, kita harus bekerja keras, berusaha dan bersikap
sabar dalam hal apapun seperti yang dilakukan oleh kupu-kupu, karena Segala
sesuatu berasal dari Allah, oleh karena itu kita harus bersyukur atas segala
berkah yang telah Allah berikan, kita pun harus mematuhi apa yang telah
diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala larangan nya. kita diciptakan Allah berbeda-beda karena
Allah maha segalanya, oleh karena itu kita harus menjadi manusia yang mempunyai
sifat bersyukur dan selalu mentaati perintah Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda