Minggu, 21 April 2013

PENERAPAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa pula kami panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW sang pangeran yang telah membawa kita dari alam kejahiliyaan kepada alam yang penuh dengan pengetahuan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.





Petaling, 22 April 2013

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN


Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya. Oleh karenanya program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada invidu peserta didik.
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang karakteristik individu. Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu dipahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan secara optimal potensi yang ada pada dirinya. Barangkali rendahnya mutu keluaran persekolahan yang dirasakan saat ini sebagai akibat penanganan salah yang telah dilakukan oleh sistem persekolahan saat ini sehingga kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang. Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.
Teori Kecerdasan majemuk (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner seorang professor psikologi dari Harvard University akan dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu. Makalah ini bertujuan untuk membahas dan lebih memahami tentang upaya yang perlu dilakukan oleh guru sebagai pendidik dalam membantu memfasilitasi pengembangan potensi individu peserta didik agar dapat meningkatkan kecerdasan logika matematika pada peserta didik.
 BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi oranglain.Kecerdasan dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Kecerdasan berkaitan dengan daya pikir dan perkembangan kognitif.
Multiple Intelligences adalah sebuah penilaian yang melihat secara deskriptif bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahakan masalah dan menghasilkan kesatuan. Kecerdasan logika matematis merupakan salah satu kecerdasan yang terdapat dalam kecerdasan multiple intelegences. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda, maka dalam hal ini tergantung para guru dan orang tuanya lah dalam membantu perkembangan anak-anaknya. Kecerdasan logis matematis memuat kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir.
Thomas Amstrong menyatakan bahwa kecerdasan ini merupakan kecerdasan dalam mengolah kata. Seperti kecerdasan para jurnalis, juru cerita, penyair, dan pengacara. Orang yang cerdas dalam bidang ini, mereka dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Mereka juga senang bermain-main dengan bunyi bahasa melalui teka-teki kata, permainan kata (pun) dan touge twister.
Slamet suyanto juga mengatakan bahwa kecerdasan logika matematika adalah kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika. Jalan pikiran bernalar dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat. Pengembangan intelegensi matematis logis anak-anak dapat diasah dengan bermain maze, bermain balok dan sebagainya. Anak yang memiliki intelegensi matematis logis umumnya mampu mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat, mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut dan pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.
Dalam buku Smart Baby’s Brain, Armstrong juga mengatakan bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan logika matematika adalah “anak-anak yang memiliki kemampuan-kemampuan matematika berpikir melalui pola-pola dan hubungan-hubungan yang abstrak, mereka belajar dengan cara menggunakan teka-teki dan permainan logika”.

B.     Cara Mengembangkan Kecerdasan Logika pada anak
*      Menyelesaikan puzzle, dapat juga dengan permainan lain seperti ular tangga dan domino. Permainan ini akan membantu anak dalam latihan mengasah kemampuan memecahkan berbagai masalah menggunakan logika.
*      Mengenal bentuk geometri dapat dimulai dengan kegiatan sederhana sejak anak masih bayi, misalnya dengan menggantung berbagai bentuk geometri sebagai warna. Untuk anak usia TK permainan ini dengan cara permainan mengelompokkan.
*      Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu, pengenalan bilangan melalui nyanyian anak-anak atau dapat juga membuat sajak berirama dan lagu tentang pengenalan bilangan dan konsep berhitung versi sendiri.
*      Eksplorasi pikiran, melalui diskusi dan olah pikir ringan, dengan obrolan ringan, misalnya mengaitkan pola hubungan sebab-akibat perbandingan atau pengenalan bilangan dengan topik yang menarik bagi anak, bermain tebak-tebakan, bisa berupa teka-teki atau tebak-tebakan.
*      Pengenalan pola. Permainan menyusun pola tertentu dengan menggunakan kancing warna-warni, pengamatan atas berbagai kejadian sehari-hari, sehingga anak dapat mencerna dan memahaminya sebagai hubungan sebab akibat
*      eksperimen di dalam membawa anak berjalan-jalan  keluar rumah biarkan anak bereksplorasi dengan alam.
*      Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika, dapat dengan cara mengikutsertakan anak belanja membantu mengecek barang yang sudah masuk dalam kereta belanjaan, mencermati berat ukuran barang yang kita beli, memilih dan mengelompokkan sayur-mayur maupun buah yang akan dimasak.
*      Games penuh strategi dan bereksperimen.
*      Berikan PR dengan porsi lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitaas soal.
*      Berikan selalau reward atas keberhasilan anak dalm pencapaian suatu tahapan.
*      Menghitung soal-soal matematika sederhana di kepala (berapa 1+1 dalam 5 detik), pelajari cara menggunakan sempoa, sering-sering mengisi tekaa-teki silang/asah otak lainnya.

C.    Ciri-Ciri dan Karakter Anak yang Mempunyai Kecerdasan Logika Matematika
Peserta didik dengan kecerdasan logis matematis tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir. Secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya itu. Mereka juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif diantaranya bermain catur dan bermain teka-teki. Dengan demikian seseorang yang memiliki kecerdasar logis matematis yang tinggi akan terampil dalam melakukan hitungan atau kuantifikasi, cengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan operasi matematis yang kompleks. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur, dan program komputer
Menurut tahap perkembangannya dapat dilihat, peningkatan kecerdasan logika matematika pada anak, antara lain:
0 – 1 tahun
Anak sangat suka mengamati apa saja yang ada disekitarnya yang dapat dijangkau dengan mudah
1,5 – 2,5 tahun
Ia akan mulai mengklasifikasi objek objek mungkin berdasarkan warna, bentuk dan fungsi. Atau apabila diusia ini anak mulai berbicara, kesadaran terhadap konsep “besar” dan “kecil” akan berkembang dan memasuki tingkatan konsep “lebih besar” atau “lebih kecil” dengan membandingkan berbagai benda.
3 – 4 tahun
Anak menyukai kegiatan menyusun benda berdasasrkan urutan kecil ke besar. Diusia ini anak telah berada dalam tahap perkembangan berpikir untuk menimbang dan mengukur.Anak usia 3 tahun sudah mulai menyadari konsep pola tertentu, misal kancing yang disusun dengan pola warna tertentu biru, merah, kuning, hijau, anak usia ini sudah dapat meniru susunan dengan pola yang samaKonsep logika lain yang mulai berkembang adalah konsep tentang hubungan sebab akibat.
Hal hal yang relatif bisa diukur :
  • Mengenal ciri diri sendiri
  • Mengenal warna
  • Mengenal konsep persamaan dan perbedaan
  • Mengelompokkan benda berdasarkan warna dan bentuk
  • Mengenal macam macam rasa dan bau
  • Menentukan posisi luar – dalam, atas – bawah
  • mengenal bangun geometri seperti persegi panjang, segitiga dan lingkaran) dan mulai mengidentifikasi bentuk geometri dengan benda yang ada disekitarnya
  • Mengenal ukuran panjang – pendek, berat – ringan dari benda benda yang ada disekitarnya
  • mengenal waktu dengan matahari, siang – malam
  • Mengenal lambang bilangan 1 – 10
4 – 5 tahun
Anak biasanya sudah mulai memahami konsep bilangan, dan berkembang kepekaannya terhadap konsep ukuran ukuran yang ada disekitarnyaHal hal yang relatif bisa diukur :
  • Mengenal lebih banyak ciri diri sendiri dan mengenali persamaan dan perbedaan dirinya denngan orang lain
  • Menghubungkan ukuran dengan benda yang ada disekitarnya
  • Menghubungkan bentuk geometri dengan benda yang ada disekitarnya
  • memperkirakan ukuran jumlah, panjang pendek, berat ringan benda benda yang ditemuinya
  • Mengurutkan benda berdasarkan warna, ukuran, jenis permukaan denngan pola tertentu
  • Mengamati perubahan bentuk cair, beku, uap dan embun
  • Menentukan posisi kiri kanan, depan belakang
  • Mengenal konsep waktu berdasarkan kegiatan
  • mengenal konsep hari
  • Mengenal konsep dan lambang bilangan 1 – 20

Risang Melati juga mengemukakan bahwa untuk memahami anak-anak yang mempunyai kecerdasan logika dapat dilihat melalui beberapa cara, antara lain:
*      Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak. Misalnya: menurut warna, bentuk, ukuran, jenis dan lain-lain.
*      Menunjuk sebanyak-banyaknya benda, hewan, tanaman yang mempunyai warna, bentuk atau ukuran atau menurut cirri-ciri tertentu.
*      Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika: warna dicampur, proses pertumbuhan tanaman (biji-bijian, umbi-umbian, batang-batangan) balon ditiup lalu dilepaskan, benda-benda dimasukkan kedalam air: apakah terapung, melayang, tenggelam, benda-benda yang dijatuhkan (gravitasi), kaca pembesar, mencoba dan membedakan bermacam-macam rasa, baud an suara.
*      Membilangkan atau menyebut urutan bilangan minimal 1-10.
*      Membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 5).
*       Mengelompokkan bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segi empat, segitiga).
*      Memasang benda-benda dengan pasangannya.
*      Bembedakan konsep kasar-halus melalui panca indra.
*      Menyebut konsep depan-belakang-tengah, atas-bawah, luar-dalam, pertama-terakhir-diantara, keluar-masuk, naik-turun, maju-mundur.



Jumat, 22 Februari 2013

PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN



Macam-macam prinsip pengajaran secara relatif berlaku umum di antaranya adalah:
1.     Prinsip perkembangan
Disaat siswa sedang diajar di dalam kelas bearti mereka sedang dalam proses perkembangan dan terus berkembang. Kemampuan anak berbeda-beda di setiap tingkat kelas. Perkembangan bearti perubahan. Perubahan itu ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Sebagai seorang guru hendaknya cukup mengerti dan bersabar, apabila pada suatu saat seorang siswa belum memperhatikan kemajuan dan kemajuannya lambat.

2.     Prinsip Perpedaan Individu
Tiap orang siswa memiliki pembawaan-pembawaan yang berbeda, dan menerima pengaruh dan perlakuan dari keluarganya yang masing-masing juga berbeda. Wajar apabila setiap siswa memiliki ciri-ciri tersendiri. Ada siswa yang badannya tingginya kurus, atau pendek  gemuk, cekatan atau lamban, kecerdasan tinggi, sedang atau rendah, berbakat dalam beberapa mata pelajaran, tetapi kurang berbakat dalam mata pelajaran tertentu, tabah dan ulet atau mudah putus asa, periang atau pemurung, dan sebagainya.
Sebagai seorang guru, harus mengerti benar tentang keragaman ciri-ciri siswa. Baik di dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas-tugas dan pembimbingan, guru hendaknya menyesuaikannya dengan perbedaan-perbedaan tersebut. Dalam pengajaran yang bersifat klasikal, penyusuaian pelajaran dengan perbedaan individu ini terbatas sekali.
            Pengajaran yang bersifat klasikal dapat disempurnakan dengan cara-cara sebagai berikut:
·         Dalam mengajar hendaknya guru menggunakan metode atau strategi belajar- mengajar yang bervariasi.
·         Hendaknya mengunakan alat dan media pengajaran.
·         Hendaknya guru memberikan bahan pelajaran tambahan kepada anak-anak yang pandai, untuk mengimbangi kepandaiannya.
·         Hendaknya guru memberikan bantuan atau bimbingan khusus kepada anak-anak yang kurang pandai atau lambat dalam belajar.
·         Pemberian tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak.

3.     Minat dan Kebutuhan Anak
Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri. Dan setiap anak yang beda tempat tinggalnya beda pula minat dan kebutuhannya. Bahan ajaran dan cara penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut. Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian.
        
4.     Aktivitas Siswa
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dan siswa sebagai subjeknya di dalam pengajaran. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pengajaran, yang menuntuk siswa banyak beraktivitas belajar. Metode-metode yang banyak mengaktifkan siswa antara lain ialah metode: diskaveri, inkuiri, eksperimen, demonstrasi pemecahan masalah, keterampilan proses, penegasan, dan diskusi.

5.     Motivasi
Setiap perbuatan, termasuk perbuatan belajar didorong oleh sesuatu atau beberapa motif atau biasanya disebut dorongan atau kebutuhan merupakan sesuatu tenaga yang berada pada diri individu atau siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Motif seeseorang mungkin cukup besar tanpa motivasi dari luar dia sudah bisa berbuat, orang atau siswa tersebut artinya memiliki motif internal. Sedangkan motif seseorang yang membutuhkan motivasi dari luar, yaitu dari guru, orang tua, teman, buku dan lain-lain, orang atau siswa seperti ini memiliki motivasi eksternal.
Selain itu, motif instrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai atau berkaitan dengan perbuatan yang dilakukan. Motiv ini dapat bersifat internal, dan muncul dari dalam diri siswa itu sendri. Contohnya: seorang siswa rajin belajar bahasa inggris karena ia ingin bisa berbicara bahasa inggris. Motiv ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang berada di luar perbuatan atau tidak ada hubungan langsung dengan perbuatan yang dilakukannya, tetapi menjadi penyerta. Contohnya, seorang siswa rajin belajar karena ingin naik kelas atau dapat ijazah. Naik kelas atau mendapat ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar. motiv ini dapat berperan sebagai operant conditioning.
Upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan belajar para siswa.
  • Menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi.
  • Memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa.
  • Memberikan sasaran antara. Sasaran akhir belajar adalah lulus ujian atau naik kelas. Untuk membangkitkan motif belajar maka diadakan sasaran antara, seperti ujian semester, tengah semester, ulangan harian, kuis, dan sebagainya.
  • Memberikan kesempatan untuk sukses.
  • Diciptakan suasana belajar yang menyenangkan
  • Adakan persaingan sehat. Persaiangan atau kompetisi yang sehat dapat membangkitkan motivasi belajar.                                                

Minggu, 16 Desember 2012

OBSERVASI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

BAB 1
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Proses perkembangan manusia dimulai dengan perkembangan prakelahiran, perkembangan fase bayi, perkembangan fase awal kanak-kanak, perkembangan fase akhir kanak-kanak, perkembangan fase remaja, perkembangan tahap dewasa, dan perkembangan lanjut usia. Pembahasan di sini difokuskan pada perkembangan anak dari usia 3,5 tahun.
Perkembangan jasmanai maupun rohani sudah dimulai sejak masih dalam kandungan  yang biasanya Sembilan bulan lamanya. Pada waktu lahir kemampuan otak telah terbentuk 50% dan kemampuan itu akan terus meningkat sampai dengan umur 5 tahun. Pertumbuhan otak sangat bergantung pada kondisi kesehatan anak, dan hal itu sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang terkandung dalam makanan pada sang anak.
Untuk perkembangan rohani tidak dapat diselidiki terlepas dari perkembangan jasmani. Sesungguhpun ada perbedaan antara keduanya, dan perbedaan itu tidak selalu perlu apalagi pada seorang bayi. pada masa usia ini seorang bayi hanya dapat memberikan isyarat dengan menggerakan tangannya, menangis, tertawa dalam menginginkan sesuatu dan hal itu akan terus berkembang hingga ia dapat berbicara berjalan dan berlari.

B. CATATAN OBSERVASI
IDENTITAS ANAK
a. Nama                                   : Aisyah Shakila Putri
b. Umur                                   : 3,5 Tahun (25 Mei 2009)
c. Jenis Kelamin                      : Perempuan

1. PENGAMATAN PERTAMA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Minggu/ 4 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :19.00 s.d 09.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Dapat mengucapkan Salam
b. Perkembangan Afektif
- Merespon ketika diajak berkomunikasi
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat menendang bola

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Aisyah sudah dapat mengucapkan salam kepada orang lain, misalnya saat ditelpon atau masuk rumah dan dia juga dengan mudah merespon lawan bicaranya. Rizki adalah salah satu teman sepermainan dilingkungan rumahnya, mereka sering bermain bola. Dan Aisyah dapat dapat melakukan itu dengan mudahnya.

2. PENGAMATAN KEDUA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Minggu/ 11 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :10.00 s.d 21.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Dapat menjawab salam dan mulai aktif dalam bicara.
b. Perkembangan Afektif
- Lebih merespon apa yang disampaikan orang lain.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Menangis untuk meluapkan keinginannya.

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Dia mulai aktif dalam berkomunikasi terhadap lawannya, dan sudah bisa menjawab salam (wa’alaikum salam) walaupun tidak begitu jelas. Selain itu juga, dia mudah menanggapi pembicaraan ibu dan ayahnya misalnya disaat ibunya meminta dia untuk mengambilkan sesuatu. Anak seperti Aisyah dapat meluapkan keinginannya melewati menangis, misalnya disaat dia meminta sesuatu (susu atau mainan) jika tidak sesuai dengan keinginannya.



3. PENGAMATAN KETIGA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Rabu/ 14 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :16.00 s.d 22.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- lebih aktif berkomunikasi
b. Perkembangan Afektif
- Mengemukakan apa pendapatnya misalnya akan kata “tak mau” ketika dia tidak menyukai sesuatu.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Marah ketika tidak menyukai sesuatu.

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Hari demi hari, Aisyah dapat berkomunikasi lebih aktif dari sebelumnya. Dan dia dapat mengemukakan kata-kata “tak mau” ketika dia tidak menyukai sesuatu. Selain menangis, rasa kesal dan marah muncul didirinya terhadap orang yang ia maksud.


4. PENGAMATAN KEEMPAT
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Kamis/ 15 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Nangka)
c. Waktu Kejadian                  :14.00 s.d 15.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Bertambahnya kosa-kata
b. Perkembangan Afektif
- Menunjukkan kemampuan berbicara yang baik, seperti mulai diajak bercerita.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Mulai bernyanyi sambil menggerakkan Anggota badannya.

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Semakin hari semakin bertambah kosa-kata, karena hampir setiap hari Aisyah menonton ataupun mendengar cerita. Dia dapat menceritakan apa yang sudah kita ceritakan pada dirinya. Selain itu dia juga dapat berperan sebagai seorang guru layaknya. Pernah terjadi saat pertanyaan dari saya sendiri terlontarkan kepada dia “Adek mau jadi apa?” dan dia dengan lantang menjawabnya “jadi guru”. Dan saya disaat jawaban itu membuat saya penasaran, apakah dia tau bagai mana guru yang sesungguhnya atau hanya sekedar bicara saja. Ternyata Aisyah mampu melakukan apa yang saya tanyakan, waktu yang bertepatan, dia berperan layaknya seorang guru dihadapan saya, orang tua, nenek dan kakeknya.
Dan disaat bernyanyi lagu “topi saya bundar” dia sudah dapat menggerakkan anggota tubuhnya, misalnya tanggan, kaki dan kepalanya.
  
5. PENGAMATAN KELIMA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Minggu/ 18 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :09.00 s.d 15.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Menyukai buku cerita
b. Perkembangan Afektif
- Dapat mengajak lawan bicara untuk mendengar cerita dari dirinya.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat berpose layaknya orang yang usianya diatas 3 tahunan

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Selain suka bernyanyi sambil menggerakkan anggota tubuhnya, dia suka dengan buku cerita, dan itu dapat ia ceritakan kembali jika dia mendengan cerita tersebut dengan baik. Bagi orang yang mendengar ceritanya, saya rasa kita dapat mengerti apa yang ia ceritakan tersebut. Jika disuruh bergaya-gaya didepan kamera, Aisyah adalah anak yang senang berpose.


6. PENGAMATAN KEENAM
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal                        : Minggu/ 25 November 2012
b. Lokasi                                 : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian                  :08.00 s.d 10.00 WIB

DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Sudah dapat mengenal warna
b. Perkembangan Afektif
- Dapat mematuhi peraturan sederhana dalam permainan.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat meniru gerakan lingkaran.

TEMUAN HASIL PENGAMATAN
6 warna (merah, kuning, hijau, biru, putih dan hitam) sudah dapat ia kenal. Disaat bermain peran, dia sudah bisa mematuhi aturan-aturan permainan. Kalau disuruh menunggupun dia akan mengantri dengan sabarnya. Selain dapat bermain peran, dia juga senang bermain lingkaran bersama teman sebayanya, salah satunya Rizki teman sepermainannya. Aisyah dengan mudah meniru gerakkan lingkaran, disaat permainan berlangsung.



BAB II
LANDASAN TEORI

Pada usia 3,5 tahun merupakan masa perkelanjutan dari perkembangan bayi yang telah melewati masa kritis dimana seorang anak sudah mulai siap untuk menghadapi dunia, sudah mulai mengenal dan memahami sesuatu yang berada di sekitarnya. Pada awal kelahirannya bayi masih memiliki penglihatan yang buruk, mereka dapat melihat namun masih kabur. Dan kemampuan penglihatan ini akan terus berkembang sesuai dengan pengalamannya. Sedangkan pendengaran anak telah berkembang sejak sebelum lahir. Dan seorang bayi akan bereaksi ketika mendengarkan suara yang keras atau tiba-tiba, dan bayi juga dapat mendeteksi dengan cukup baik  arah sumber suara. Dan pada usia 18 bulan bayi memiliki kemampuan yang sama baik dengan orang dewasa.
           
Perkembangan Kognitif Anak Usia 3,5 Tahun
Menurut Piaget, proses perkembangan kognisi merupakan rangkaian yang terdiri dari beberapa tahap. Tahap sendiri adalah waktu dimana pikiran dan perilaku anak dalam beberapa situasi merupakan fleksi atau pantulan dari tipe struktur mental tertentu yang mendasarinya.
Salah  satu perubahan kognitif penting terjadi antara anak-anak usia tiga ke empat tahun adalah perkembangan pikiran simbolik. Pikiran simbolik ialah kemampuan menghadirkan secara mental atau simbolis objek konkret, tindakan, dan peristiwa. Anak-anak usia tiga tahun dan empat tahun dianggap pemikir pra-operasional, yang merupakan fase perkembangan intelektual dengan benda-benda atau hal-hal riil, nyata, konkret, tidak abstrak.  Dengan operasi praoperasional ini kanak-kanak mulai mampu mengadakan klasifikasi atau penggolongan benda-benda atau objek-objek secara kasar, garis besar.[1]
Perkembangan Sosial Anak Usia 3,5 Tahun
Waktu anak-anak tiga sampai lima tahun bertumbuh, mereka semakin menjadi makhluk sosial. Anak-anak usia tiga tahun memperlihatkan minat yang semakin besar terhadap anak-anak lain dan orang-orang dewasa, tetapi sering lebih senang berada bersama orang-orang dewasa atau bermain sendiri di dekat   anak-anak lain. Anak-anak usia empat dan lima tahun sedang menjadi makhluk sosial dan sering lebih suka ditemani anak-anak lain daripada ditemani orang dewasa. Anak-anak mulai mengungkapkan kesukaan mereka untuk bermain dengan beberapa anak lebih daripada anak-anak lain. Bermain adalah  aspek penting dari perkembangan sosial bagi anak-anak usia empat dan lima tahun. [2]
Anak-anak usia tiga tahun masih mengembangkan minat terhadap anak-anak lain, tetapi masih menyukai permainan pararel. Permainan pararel adalah melakukan permainan dekat atau di sisi anak-anak lain. Anak-anak usia tiga tahun menjadi semakin peka terhadap pengaruh mereka atas perasaan dan emosi orang lain. Bila mereka melihat orang lain menangis, sering mereka mulai menangis. Mereka juga menangis akibat dari sesuatu yang telah mereka lakukan. Anak-anak usia tiga tahun juga belajar bagaimana mengatur diri dalam berbagai situasi sosial. Mereka akan sering menghabiskan waktu untuk dengan seksama mengawasi anak-anak lain seolah-olah mereka sedang mencoba memahami bagaimana interaksi sosial bekerja dan apakah interaksi itu sesuai dengan situasi.[3]
Hubungan sosial bisa mempengaruhi perkembangan kognitif dan emosi anak-anak. Anak-anak yang ditolak secara sosial akan menjadi anak yang tidak bahagia di sekolah. Menolong anak-anak supaya rukun satu sama lain akan memajukan sikap positif di ruang kelas dan menanamkan cinta belajar dalam diri anak-anak.   
Perkembangan Motorik Anak
Motorik merupakan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerak tubuh. Dalam perkembangan motoris, unsur-unsur yang menentukan adalah otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan peranannya masing-masing secara interaksi positif, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi yang motoris yang lebih sempurna keadaannya.[4]
Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesmpurnaan otak juga menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerakkan tubuhnya. Dan dalam motorik anak, seorang anak banyak melakukan gerakan yang kurang jelas tujuannya. Setelah mereka terus melatih motoriknya, di kemudian hari anak akan lebih trampil menguasai otot-ototnya. Semakin bertambah pengalamannya, semakin kurang ia melakukan sesuatu yang tidak jelas.[5]
Awal masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk mempelajari keterampilan tertentu. Menyangkut keterampilan tangan dan kaki. Keterampilan dalam aktivitas makan dan berpakaian sendiri biasanya dimulai pada masa bayi dan disempurnakan pada masa kanak-kanak awal. Sebagian besar anak sudah pandai melempar dan menangkap bola. Mereka dapat menggunakan gunting, dapat membentuk tanah liat, bermain membuat kue-kue dan menjahit, mewarnai dan menggambar dengan pensil atau krayon. Mereka juga sudah dapat menggambar orang.
            Keterampilan kaki anak belajar melompat dan berlari cepat, dan mereka sudah dapat memanjat. Antara usia 3-4 tahun anak dapat mempelajari sepeda roda tiga dan berenang. Lompat tali, keseimbangan tubuh dalam berjalan di atas dinding atau pagar, sepatu roda, bermain sepatu es, menari.[6]    

BAB III
PEMBAHASAN OBSERVASI


            Berikut ini adalah hasil observasi yang dilakukan oleh penulis terhadap sabyek observasi:
Aisyah Shakila Putri adalah anak dari pasangan Pipi Sumanti dan Samsir yang lahir pada tanggal 25 Mei 2009. Ia tumbuh di lingkungan perumahan SDN 2 Sungailiat. Ayahnya dan ibunya seorang pegawai kantoran. Setiap harinya ibunya berangkat ke kantor mulai jam 7 pagi sampai jam 4 petang. Dan sesampai dirumah, kebiasaan ibunya menyiapkan makanan dan bersih-bersih rumah. Sedangkan dimalam hariya ibu Pipi mengajar privat dirumahnya. Sedangkan ayahnya berangkat jam 7 pulangnya jam 5 petang. Aisyah di urus oleh seorang pembantu, dan ibunya hanya menemani ketika sore sampai pagi. Akan tetapi rasa sayang dan perhatian dari ibu Pipi terhadap putrinya tidak berkurang sedikitpun walau disebukkan dengan bekerja pada siang hari.
Caca sapaannya, sudah dapat berjalan. Dia sudah mulai bermain keluar rumah ke perkarangan sendirian. Dan apabila bermain masih bersifat merusak atau melempar barang yang tidak disukainya, misalnya kertas yang disobek-sobek. Dia mencoba bereksplorai tentang barang-barang yang dia temui dan ingin menemukan apakah kegunaan dari barang tersebut atau digunakan sesuai imajinasinya.
Dalam berinteraksi dia sudah agak lancar dalam berbicara walaupun kejelasan vocalnya masih ada yang belum terbaca secara jelas. Adapun perbendaharaan kata sudah mulai meningkat dan sering dia mengulangi kata-kata yang kita lontarkan atau yang dia dengar. Dan dia juga sering menanyakan apa ini namanya? Apa itu? siapakah dia? untuk apa? dan sebagainya.
Ia mempunya kencenderungan yang agak unik. Caca lebih suka dengan orang yang ia kenal tapi jarang berjumpa. Misalnya, disaat dia mengenal nenek, kakek, acu (adek bungsu ibunya) dan apabila menginginkan apapun harus dari atau sama mereka jika disaat itu ada mereka. Misalnya minta dibuatin susu, yang buat harus nenek ataupun kakek dan acunya. Kecuali apabila mereka sedang tidak ada maka ia baru mau mendapat atau minta dari ibunya dan apabila ibunya juga tidak ada baru mau pada pembantunya.

 
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN

Berdasarkan analisa diatas penulis menyimpulkan bahwa Aisyah sudah berada pada tahap perkembangan yang normal, dimana Aisyah sudah berbicara sesuai dengan apa yang ingin ia lakukan, jadi dia sudah bisa berpikir untuk melakukan sesuatu atau berbicara sesuatu.
Dia juga sudah mampu untuk menguasai bahasa dengan aturan tata bahasa yang baik dan sempurnya. Selain itu juga Aisyah mampu mengungkapkan kata-kata “tak mau” jika dia tidak menginginkan sesuatu hal.
Ini Membuktikan bahwa perkembangan bahasa yaitu dalam hal ini pemerolehan bahasa pada Aisyah sudah termasuk normal sesuai dengan tahapan perkembangan berbicaranya.
Anak ini juga makin sering bertanya sebagai ungkapan rasa keingintahuannya, seperti "kenapa?", "sedang apa?", "mau ke mana?" dan lain-lain.
Pada usia ini, Aisyah sudah mulai bisa mengerti penjelasan sederhana. Dapat dilihat respon dan reaksinya disaat ibu atau orang terdekatnya berkomunikasi kepadanya; jika ia melakukan apa yang kita inginkan, dari itu dapat diartikan dia cukup mengerti kalimat orang lain. Aisyah sangat menyukai permainan peran karena hal itu permainan mengasikkan buat dia sebagai salah satu cara mengekspresikan perasaan, dan keingintahuan.

SARAN
Untuk Orang Tua dan Guru:
·         Sebaiknya orang tua memperhatikan karakteristik anaknya seperti apa dan dilakukan pendekatan secara lebih. Karena anak membutuhkan tempat atau sandaran untuk merasakan kenyamanan, keamanan, dan kedamaian.
·         Berilah anak diruang untuk bergerak dan kebebasan untuk bermain, berfantasi, bereksplorasi, karena hal ini dapat melatih daya motorik dan kreasi anak dan hindarkan dari benda-benda atau tempat yang berbahaya.
·         Ajaklah mereka berkomunikasi dan berbicara serta meluruskan apabila mereka terjadi kesalahan dalam pelafalan kata.
·         Jadikanlah saat-saat bersama anak Anda sebagai masa yang menyenangkan, ceria, santai dan segar.
·         Memberikan stimulus kepada anak untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya.
·         Pakailah cerita-cerita dongeng dan fabel yang sebenarnya mencerminkan dunia anak kita dan memakainya sebagai suatu cara untuk mengajarkan banyak hal tanpa menyinggung perasaannya.

Untuk Anak (Aisyah Shakila Putri) :
Untuk Caca yang sudah bisa mengucapkan kata dengan bunyi yang sesuai dan satu kalimat panjang dengan lancar, penulis memberikan saran agar diberikan stimulus yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya, diantaranya yaitu dengan melakukan permainan berbicara.
Permainan berbicara atau permainan deskriptif adalah permainan yang menuntut anak anak untuk menguraikan benda dengan mendorong anak untuk mencari kata kata dan membantu mereka berbicara dan berfikir dengan lebih jelas.
Beberapa contoh kegiatan permainan berbicara adalah :
1.Kotak Raba
Cara bermainnya adalah masukan benda benda yang dianak telah mengetahui nama bendanya kedalam kotak tertutup yang diatasnya terdapat lubang untuk memasukan tangan. Benda benda itu bisa berupa pensil, buku, penggaris, dll. Lalu minta anak untuk memasukan tangannya dan mengambil satu benda, kemudian anak mencoba menguraikan bentuk benda yang di pegang sebelum menebak nama bendanya.
2. Menceritakan gambar
Bacakan cerita bergambar pada Aisyah yang tidak ada tulisannya, seperti Gambar seri, orangtua atau guru bisa mencontohkan cara bercerita dengan gambar sesuai dengan isi gambarnya. Minta Aisyah untuk mengulanginya lagi yaitu bercerita sesuai dengan isi gambar menurut bahasanya.


DAFTAR PUSTAKA


Aliah B. Purwakania Hasan. 2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: Persada Press
Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.
Fudyartanta, Ki. 2012. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Hidayati, Wiji dan Sri Purnami. 2008. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Teras.
Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: Indeks.
Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
                                                                                                


[1] Ki Fudyartanta. 2012. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.Hlm. 236.
[2] Lusi Nuryanti. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: Indeks. Hlm.  43-44.
[3] Agoes Dariyo. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama. Hlm.  216-217.
[4] Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 11
[5] Aliah B. Purwakania Hasan.  2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: Persada Press. Hlm.105
[6] Wiji Hidayati dan Sri Purnami. 2008. Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Teras. Hlm. 119-120.